Jakarta, CNBC Indonesia - Bandar saham menjadi salah satu istilah yang sering didengar investor. Lantas, apa sebenarnya peran dari bandar saham di pasar modal?
Bandar saham di pasar modal biasanya diasosiasikan dengan bandar judi, yang punya kontrol dana atau para pejudi yang hanya bermodalkan peruntungan. Tentu ini persesi yang keliru, karena bandar di pasar modal, sebenarnya punya fungsi tersendiri.
Penguasaan atas modal atau dana, memang sudah menjadi ciri umum bandar, mereka memang mencari gain dari kemampuan besar dana yang dimiliki. Namun keberadaan mereka menjadi penyedia likuiditas (likuidity provider) untuk membuat aktivitas perdagangan saham menjadi ramai.
Eksistensi mereka ini bisa dalam bentuk institusi atau individu (dengan supporting system). Selama ini, investor asing yang memiliki likuiditas besar, disematkan sebagai salah satu bandar besar.
Lalu dalam perkembangan pasar modal Indonesia, banyak investor ritel yang mencoba membaca alur transaksi para bandar ini. Salah satu caranya adalah dengan melihat akumulasi dan distribusi yang dilakukan investor asing lewat transaksi dari broker-broker.
Pendekatan atau cara inilah. yang kemudian dikenal dengan istilah, Bandarmology.
Professional Trader dan Owner Creative Trading System, Argha Jonatan Karo Karo mengatakan, istilah bandar ini sudah lama ada di kalangan komunitas pasar modal Indonesia. Hampir semua saham yang aktif atau likuid ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) digerakkan bandar.
"Yaa.. tergantung anda ngomong saham apa. Kalau saham-saham blue chip, naik turun tergantung investor asing. Mau laba naik/turun, kalau asing jual besar-besaran, harga saham turun," ujarnya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Bandar inilah yang disebutnya sebagai penggerak pasar, sehingga harga saham naik atau turun. "Digerakkan oleh yang punya uang banyak atau punya saham banyak. Orang yang punya saham banyak bisa punya uang banyak. Itulah market maker. Bisa gabungan individu dan institusi," jelasnya.
Dia menyebut beberapa ciri-ciri saham yang harganya digerakkan oleh bandar. Ciri yang pasti adalah kenaikan harga saham.
Ciri kedua, ada pemain besar yang membeli saham di harga bawah, dengan harapan bisa menaikkan harga saham tersebut. Menurutnya, cara untuk menaikkan harga saham tersebut tidaklah sulit.
"Di antrian, dia beli. Tidak butuh laporan keuangan, tidak butuh perusahaannya melakukan aksi apa-apa. Cara menaikkan harga, di over semua, beli lalu harga sudah naik," katanya.
Namun, sebagai penggerak saham, memang bukan perkara mudah untuk menjual saham yang dimiliki. Menurutnya, jika hanya hitungan 1.000 lota bisa dikatakan mudah. Akan sulit jika saham yang siap dijual berada di kisaran ratusan ribu lot.
"Misal jualan, saya harus cari pembeli. Misal ada 500 ribu lot, butuh memancing pembeli. Itulah gunanya pom-pom saham," katanya lagi.
Bagi investor ritel, ada tips bagaimana supaya tidak jatuh terlalu dalam. Hal ini terutama agar tidak terkecoh dengan saham gorengan yang digerakkan oleh bandar, orang yang menggerakkan pasar modal.
"Tak ada cara mudah menjelaskan. Cara sederhana, kalau ada saham dipromosikan di mana-mana, jangan beli saham itu. Karena anda disuruh beli artinya ada orang yang jualan," pungkasnya.
Menuru Arga, sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak pernah mengalami penurunan saat investor asing sedang melakukan aksi beli besar-besaran. Sebab saham-saham blue chip memang digerakkan oleh investor asing.
Dia juga menjelaskan, harga saham tidak digerakkan oleh pemberitaan media.
"Sebab, berita dibuat setelah harga saham bergerak. Disinilah peran dari bandar bekerja sehingga harga saham bisa naik atau turun," jelas Arga.
"Digerakkan oleh yang punya uang banyak atau punya saham banyak. Orang yang punya saham banyak bisa punya uang banyak. Itulah market maker. Bisa gabungan individu dan institusi," tambahnya.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini: