AS Jatuhkan 'Bom' Terbesar ke Rusia, China-India Ikut Ketiban Petaka

19 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana Amerika Serikat (AS) untuk menjatuhkan sanksi baru pada komoditas minyak Rusia dapat berdampak bagi China dan India, dua pembeli terbesar minyak Negeri Beruang Merah. Hal ini disampaikan sejumlah trader dan analis kepada Reuters, Senin (13/1/2025).

Sebelumnya, Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada produsen minyak Rusia Gazprom Neft serta 183 kapal yang telah mengirimkan minyak Rusia. Manuver ini menargetkan pendapatan yang telah digunakan Moskow untuk mendanai perangnya dengan Ukraina.

Banyak kapal tanker telah digunakan untuk mengirimkan minyak ke India dan China karena sanksi Barat dan batasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara Kelompok Tujuh, yang mengalihkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal tanker Moskow juga telah mengirimkan minyak dari Iran, yang juga sedang dikenai sanksi.

Dua sumber perdagangan China, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan ekspor minyak Rusia akan sangat terdampak oleh sanksi baru tersebut. Ini akan memaksa perusahaan penyulingan minyak independen Negeri Tirai Bambu untuk memangkas produksi penyulingan minyak di masa mendatang.

Gangguan yang diperkirakan terjadi pada pasokan Rusia mendorong harga minyak global ke level tertinggi dalam beberapa bulan pada hari Senin, dengan Brent diperdagangkan di atas US$ 81 (Rp 1,3 juta) per barel.

"Di antara kapal-kapal yang baru dikenai sanksi, 143 adalah kapal tanker minyak yang menangani lebih dari 530 juta barel minyak mentah Rusia tahun lalu, sekitar 42% dari total ekspor minyak mentah melalui laut negara itu," kata analis pengiriman utama Kpler Matt Wright dalam sebuah catatan.

"Dari jumlah tersebut, sekitar 300 juta barel dikirim ke China sementara sebagian besar sisanya dikirim ke India. Sanksi-sanksi ini akan secara signifikan mengurangi armada kapal yang tersedia untuk mengirimkan minyak mentah dari Rusia dalam jangka pendek, sehingga mendorong tarif angkutan lebih tinggi."

Seorang trader yang berbasis di Singapura mengatakan kapal tanker yang ditunjuk mengirimkan hampir 900.000 barel minyak mentah Rusia ke China selama 12 bulan terakhir. Ia menyebut sanksi ini akan mendorong jumlah pengiriman itu anjlok.

"Ini akan jatuh drastis," tambahnya.

Selama 11 bulan pertama tahun lalu, impor minyak mentah Rusia di India naik 4,5% per tahun menjadi 1,764 juta barel minyak mentah per hari, atau 36% dari total impor India. Volume China, termasuk pasokan pipa, naik 2% menjadi 99,09 juta metrik ton (2,159 juta barel minyak mentah per hari), atau 20% dari total impornya, selama periode yang sama.

Impor China sebagian besar berupa minyak mentah ESPO Blend Rusia, yang dijual di atas batas harga. Sementara India sebagian besar membeli minyak Ural.

Analis Vortexa Emma Li mengatakan ekspor minyak mentah ESPO Blend Rusia akan dihentikan jika sanksi diberlakukan secara ketat, tetapi hal itu akan bergantung pada apakah Presiden terpilih AS Donald Trump mencabut embargo dan juga apakah China mengakui sanksi tersebut.

Alternatif Baru

Sejumlah sumber mengatakan sanksi baru tersebut akan mendorong China dan India kembali ke pasar minyak yang patuh untuk mencari lebih banyak pasokan, seperti dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika.

"Harga minyak jenis Timur Tengah sudah meningkat. Tidak ada pilihan lain selain kita harus membeli minyak Timur Tengah. Mungkin kita juga harus membeli minyak AS," kata seorang sumber di India.

Sumber penyulingan India lainnya mengatakan sanksi terhadap perusahaan asuransi minyak Rusia akan mendorong Rusia untuk akhirnya memberi harga minyak mentahnya hingga di bawah US$ 60 (Rp 977 ribu) per barel. Ini juga merupakan langkah yang dapat diambil Moskow untuk dapat terus menggunakan asuransi dan tanker Barat.

Kepala penelitian di Onyx Capital Group, Harry Tchilinguirian, menyebutkan perpindahan ke Timur Tengah dapat meningkatkan posisi tawar sejumlah negara di Dunia Arab itu.

"Kekuatan patokan Dubai hanya dapat meningkat dari sini karena kita cenderung melihat penawaran agresif untuk pemuatan kargo Februari dari negara-negara seperti Oman atau Murban, yang mengarah ke selisih Brent/Dubai yang lebih ketat," tambahnya.

Bulan lalu, pemerintahan Biden menunjuk lebih banyak kapal yang menangani minyak mentah Iran menjelang tindakan lebih keras yang diharapkan dari pemerintahan Trump yang akan datang. Ini menyebabkan Shandong Port Group melarang kapal tanker yang dikenai sanksi untuk singgah di pelabuhannya di sejumlah kota di China Timur.

"Akibatnya, China, pembeli utama minyak mentah Iran, juga akan beralih ke minyak Timur Tengah yang lebih berat dan kemungkinan besar akan memaksimalkan penyerapan minyak mentah Kanada dari jaringan pipa Trans-Mountain (TMX)," tambah Tchilinguirian.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Jatuhkan Sanksi Baru, Akan Tindak Kapal Tengker Minyak Rusia

Next Article Diam-Diam AS Rencanakan Serangan Baru ke Rusia, Ini Targetnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|