Cadangan Devisa Turun, Rupiah Tetap Menguat di Penutupan Perdagangan

2 hours ago 1

Karyawan menghitung uang dollar di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan 22 poin atau 0,13 persen menuju level Rp 16.561 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (7/10/2025). Penguatan rupiah terjadi usai rilis data cadangan devisa Indonesia pada September 2025. 

Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi berpendapat, sentimen internal yang memengaruhi pergerakan Mata Uang Garuda pada hari ini adalah soal cadangan devisa Indonesia yang lebih rendah dari bulan sebelumnya.

“Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa pada akhir September 2025 tercatat sebesar 148,7 miliar dolar AS, lebih rendah dari posisi pada akhir Agustus 2025 sebesar 150,7 miliar dolar AS. Dengan demikian, cadangan devisa turun sebesar 2 miliar dolar AS pada September 2025,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (7/10/2025). 

Perkembangan cadangan devisa tersebut dipengaruhi antara lain oleh pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah, serta kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah BI dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

Posisi cadangan devisa akhir September 2025 tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. “BI menilai cadangan devisa ini tetap kuat mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujarnya. 

BI meyakini ke depan ketahanan sektor eksternal tetap kuat sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga serta neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang tetap menarik.

Selain itu, Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|