Penjelasan Hakikat dan Tingkatan Tawakkal dari Buku yang Dirujuk Imam al Ghazali

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada orang yang bertanya apa itu tawakkal? Mengapa harus tawakkal? 

Jawaban mengenai itu ada dalam Qūt al-Qulūb fī Muʿāmalat al-Maḥbūb wa Waṣf Ṭarīq al-Murīd ilā Maqām at-Tawḥīd karya Abu Thalib al-Makki (w. 386 H/996 M). Kitab ini menjadi rujukan utama bagi banyak ahli tasawuf dan sering dijadikan sebagai landasan dalam mempelajari ilmu tasawuf.

Al-Ghazali dalam karyanya, Ihya Ulumiddin, banyak mengambil rujukan dari kitab Qut al-Qulub, terutama dalam pembahasan tentang pensucian hati dan etika berinteraksi dengan Tuhan. Hal ini menunjukkan pengakuan tinggi dari ulama besar terhadap pemikiran tasawuf Abu Thalib al-Makki. 

Ulama yang bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Athiyyah al-Haritsi al-Makki, adalah seorang ulama hadis, ahli fikih mazhab Syafi'i, dan seorang sufi terkemuka yang hidup pada abad ke-10 (wafat 386 H/996 M). Meskipun nisbah namanya menunjukkan bahwa ia berasal dari Makkah, Abu Thalib menghabiskan sebagian besar hidupnya di Basra dan wafat di Baghdad.

Keilmuannya yang luas meliputi berbagai disiplin ilmu Islam, menjadikannya figur yang dihormati di kalangan para ulama. Reputasinya semakin meningkat karena ia menjadi rujukan penting bagi ulama besar setelahnya, seperti Imam al-Ghazali, terutama dalam bidang tasawuf.

Dalam karya-karyanya, Abu Thalib al-Makki mengemukakan konsep tasawuf yang mendalam, menekankan pentingnya amal batin, dan menghubungkan aspek syariat dengan hakikat. Pemikirannya berpusat pada upaya pembersihan jiwa dari penyakit-penyakit hati, yang ia jabarkan secara sistematis dalam Qut al-Qulub.

Kontribusinya dalam dunia tasawuf tidak hanya terbatas pada tulisan, tetapi juga pada praktik spiritualnya yang menginspirasi banyak murid dan ulama. Dengan demikian, Abu Thalib al-Makki dikenal sebagai tokoh sufi yang berhasil memadukan pengetahuan teoretis dan praktik spiritual, meninggalkan warisan intelektual yang terus dipelajari hingga kini.

Kitab Qūt al-Qulūb menjadi rujukan penting bagi banyak ulama setelahnya, termasuk Imam al-Ghazali dalam Iḥyā ‘Ulūmiddīn. Berikut penjelasan pokoknya dalam beberapa paragraf:

1. Hakikat Tawakkal: Menyerahkan Hati, Bukan Sekadar Perbuatan

Abu Thalib al-Makki mendefinisikan tawakkal (التوكل) sebagai iʿtimād al-qalb ʿalā Allāh maʿa badhl al-juhd — ketergantungan hati sepenuhnya kepada Allah, disertai dengan usaha lahir yang sesuai dengan syariat.

Ia menulis:

“Tawakkal bukan meninggalkan sebab, melainkan membersihkan hati dari sandaran kepada sebab.”

Artinya, seseorang boleh bekerja, berdagang, atau berobat, tetapi ia tidak menggantungkan hasilnya kepada pekerjaan itu — melainkan kepada Allah yang mengatur hasilnya.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|