China Targetkan Pemangkasan Emisi Baru, Pengamat Nilai Kurang Ambisius

2 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- China mengumumkan target iklim terbarunya yang dapat mendorong industri energi terbarukan di negara itu yang sudah tumbuh pesat. Namun, tidak menyampaikan komitmen spesifik mengenai porsi energi terbarukan dalam pembangkit listrik atau pengurangan penggunaan batu bara.

Dalam Pertemuan Iklim PBB di New York, Presiden Xi Jinping mengumumkan target pemangkasan emisi pertama China. Ia mengatakan Beijing akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin.

China merupakan pengguna energi surya dan bayu terbesar di dunia. Xi menyatakan China akan meningkatkan kapasitas dua sumber energi itu enam kali lipat dari tingkat 2020 menjadi 3.600 gigawatt pada 2035.

Tahun lalu, China mencapai target dengan membangun enam pembangkit listrik tenaga angin dan surya berkapasitas 1.200 gigawatt, enam tahun lebih cepat dari jadwal sebelumnya.

Pengamat menilai China cenderung menetapkan target yang dapat dipenuhi. Penasihat kebijakan global Greenpeace Asia Timur, Yao Zhe, mengatakan China kembali menetapkan target pemangkasan emisi yang kurang ambisius.

“Jika ekspansi energi angin dan surya berlanjut dengan kecepatan saat ini, total instalasi akan melampaui 3.000 gigawatt pada 2030 dan mencapai 4.500 gigawatt pada 2035,” ujar Yao, Kamis (25/9/2025).

Peneliti senior Oxford Institute for Energy Studies, Anders Hove, menilai tantangan energi terbarukan China bukanlah kapasitas, melainkan tingkat curtailment yang melonjak. Curtailment terjadi ketika manajer jaringan membatasi daya yang masuk ke jaringan untuk menjaga keseimbangan dengan permintaan atau karena keterbatasan infrastruktur.

Hove menambahkan, China harus lebih fokus memastikan energi terbarukan dapat masuk ke jaringan, menggantikan listrik yang berasal dari batu bara dan gas.

Xi mengatakan China akan menargetkan pemotongan emisi gas rumah kaca sebesar 7 sampai 10 persen dari puncaknya. Tingkat puncak ini belum didefinisikan, tetapi para analis memperkirakan akan terjadi lebih awal dari target resmi 2030.

Target yang diumumkan Xi adalah target emisi pertama sejak 2020, ketika ia mengatakan China akan mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan membawa ekonomi ke netralitas karbon pada 2060. Meskipun target baru ini diharapkan memberikan peta jalan yang lebih jelas, angka utamanya masih jauh dari pemotongan emisi 30 persen yang menurut pengamat diperlukan agar China tetap berada di jalur netralitas karbon pada 2060.

Meski demikian, target terukur ini kontras dengan pidato Presiden AS Donald Trump, yang menyebut perubahan iklim sebagai “penipuan”.

“Ada banyak ketidakpastian seputar pertumbuhan permintaan di China dan kebutuhan untuk memungkinkan pertumbuhan berkelanjutan dari pengguna tradisional serta pengguna baru, seperti pusat data dan lainnya,” kata Profesor University of California San Diego, Michael Davidson, yang meneliti sistem energi terbarukan dan netralitas karbon di China.

“China akan sangat ragu-ragu untuk membatasi pertumbuhan permintaan itu,” tambahnya, dikutip dari laman Reuters.

Xi tidak menetapkan target baru untuk batu bara atau mengulangi target 2020, ketika China mengatakan akan “secara bertahap mengurangi” penggunaan batu bara antara 2026 dan 2030. Justru, China terus membangun dan mengizinkan tambang batu bara baru.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|