Ditentukan Pekan Ini! Nasib Rupiah Bergantung Suku Bunga BI dan The Fed

1 month ago 19

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepekan lalu terpantau merana, bahkan sempat menguji level Rp16.000/US$.

Pekan ini akan menjadi penantian prospek penurunan suku bunga terakhir di penghujung tahun yang akan mempengaruhi gerak mata uang Garuda.

Merujuk data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin Jumat (13/12/2024) mata uang Garuda ambruk 0,44% ke posisi Rp15.990/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi menyentuh level Rp16.000/US$ dan terkuat di posisi Rp15,945/US$.

Pelemahan pada kemarin menjadi yang terdalam sejak 7 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.030/US$.

Sepanjang pekan lalu rupiah terpantau masih terdepresiasi sebesar 0,92% dari penutupan perdagangan pekan lalu di posisi Rp15.845/US$.

Rupiah yang merana di tengarai yield US Treasury yang merangkak naik lima hari beruntun ke posisi 4,39%. Ini membuat selisih antara US Interest rate makin menyempit yang menunjukkan pelaku pasar sedang mengumpulkan lebih banyak cash.

Hal tersebut kemudian juga tercermin pada tekanan indeks dolar AS (DXY) terhadap rupiah makin kuat di mana the greenback juga naik selama lima hari dan mendekati level 107 lagi.

Selain tertekan oleh DXY yang menguat, rupiah juga terbebani oleh laporan Indeks Harga Produsen (IHP) AS yang lebih panas dari ekspektasi pasar. IHP AS pada November tercatat tumbuh 3% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan Oktober yang tumbuh 2,6% dan melampaui perkiraan pasar sebesar 2,6%.

Secara bulanan (mtm), IHP juga meningkat 0,4%, naik dari 0,3% pada bulan sebelumnya dan melebihi konsensus pasar sebesar 0,2%.

Data IHP ini memberikan tekanan karena menunjukkan bahwa tekanan harga dari sisi produsen di AS masih kuat, sehingga menimbulkan keraguan terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Sementara itu, data inflasi konsumen atau Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada periode yang sama lebih stabil. IHK tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm), sesuai dengan ekspektasi pasar. Inflasi inti yang tidak mencakup harga pangan dan energi juga bertahan di level 3,3% (yoy) dan 0,3% (mtm), sama dengan bulan sebelumnya.

Perkembangan ini membuat keyakinan pasar terhadap peluang penurunan suku bunga oleh bank sentral Federal Reserve agak berkurang. Walau masih sangat tinggi, tetapi terlihat optimisme memudar.

Mengutip CME FedWatch, kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25-4,5% pada rapat 18 Desember adalah 95,3%. Berkurang dibandingkan posisi 12 Desember yang mencapai 97,5%.

Kepastian prospek suku bunga the Fed akan dinanti pasar pada pertemuan FOMC meeting yang akan berlangsung ada Selasa (17/12/2024) dan Rabu (18/12/2024). Bersamaan dengan itu, Bank Indonesia (BI) juga menggelar rapat yang akan menentukan arah kebijakan moneternya.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih bergerak dalam tren penurunan setelah pekan lalu sempat menguji level Rp16.000/US$ secara intraday.

Kini potensi pelemahan terdekat bisa menguji ke resitance Rp16.180/US$ yang didapatkan dari high candle intraday 7 Agustus 2024. Sementara itu support terdekat atau potensi pembalikan arah menguat berada di MA200 atau di posisi Rp15.895/US$.

Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jamFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Tumbang, Dolar AS Terus Pepet Level Rp16.000

Next Article Kabar Baik Datang Dari AS, Rupiah Siap Menguat Lagi!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|