Fakta Truk Tabrak dan Tembak Orang-Orang di Tahun Baru, Ini Motif Pelaku

2 days ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun baru menjadi tragedi di Amerika Serikat (AS), Rabu. Sebuah truk menabrak orang-orang yang sedang berkumpul di jalan merayakan tahun baru, di French Quarter, distrik wisata paling ikonik di kota Louisiana, New Orleans.

Tak hanya itu, ia juga menembaki kerumunan. Dari update terbaru hingga Kamis, setidaknya 15 orang tewas.

Lalu apa saja fakta-fakta peristiwa ini? Berikut rangkuman CNBC Indonesia Jumat (3/1/2025).

Kronologi

Mengutip AFP, kejadian ini berlangsung Rabu pagi sekitar pukul 03.15. Pelaku menabrakkan truk pikap Ford putih, ke arah kerumunan orang yang merayakan Tahun Baru di French Quarter.

Tak hanya menabrakkan kendaraannya, pelaku juga melepaskan tembakan ke kerumunan. Ia tewas dalam baku tembak dengan polisi namun ditemukan bom rakitan di dalam kendaraannya.

Ada Bendera ISIS

Saat kejadian, diketahui bendera ISIS terdapat di mobil pick up pelaku. Ini sempat membuat pejabat AS dan FBI mengaitkannya dengan kemungkinan terorisme

Siapa Pelaku

Kepolisian AS telah berhasil mengungkap identitas pelaku insiden penabrakan dan penembakan massal New Orleans. Ia diidentifikasi sebagai Shamsud Din Jabbar, 42.

Dalam profilnya, Jabbar lahir pada tahun 1982 dan dibesarkan di Beaumont, Texas, sebuah kota sekitar satu jam di sebelah timur Houston dan tidak jauh dari perbatasan Louisiana. Catatan menunjukkan keluarganya memiliki hubungan yang sudah lama dengan Texas Timur dan bagian lain di Selatan.

Menurut catatan pengadilan, saat masih muda, ia pernah berurusan dengan hukum. Ia dijatuhi hukuman sembilan bulan masa percobaan setelah mengaku bersalah atas tuduhan pencurian ringan pada tahun 2002 di Katy, Texas.

Tiga tahun kemudian ia ditangkap karena mengemudi dengan SIM yang ditangguhkan di Beaumont. Ia mendapat enam bulan masa percobaan setelah mengaku tidak bersalah.

Karier Militer hingga Perusahaan Bonafit AS

Meski terlibat catatan kriminal di masa muda, Jabbar kemudian memutuskan untuk masuk militer. Ia bahkan pernah ditempatkan di medan perang Afghanistan saat berdinas di Militer AS.

Selepas karir militer, Jabbar kemudian mempelajari sistem informasi komputer di Georgia State University sambil bekerja sebagai analis cloud senior di Accenture. Dari tahun 2019 hingga 2021, ia bekerja sebagai manajer konsultasi cloud untuk Ernst & Young (EY).

Selain pekerjaan ini, ia mencoba untuk berhasil dalam bisnis real estat. Dalam sebuah video promosi untuk usaha real estate, Jabbar muncul dengan janggut yang terawat dan mengenakan jaket olahraga.

Nampak ia dengan logat Texasnya meminta agar para warga mengontrak jasanya untuk menjual atau menyewakan properti. Lalu, Jabbar kemudian berpindah ke Deloitte, dari tahun 2021 hingga setidaknya musim gugur lalu sebagai.

Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai senior solutions specialist. Ia bahkan digaji hingga US$ 125.000 (Rp 2 miliar) setahun.

Perceraian dan Bangkrut

Dalam kehidupan pribadinya, Jabbar menikahi Nakedra Charrlle Jabbar, dan pasangan itu memiliki dua orang putri. Namun keduanya bercerai pada 2012.

Dalam perceraian ini, istrinya memenangkan hak asuh atas kedua anak mereka. Sementara Jabbar diperintahkan untuk membayar tunjangan anak. Ia pun diminta untuk menyediakan asuransi kesehatan bagi mereka.

Pada tahun 2020, ia mengajukan gugatan cerai dari istri keduanya, Shaneen Jabbar, setelah tiga tahun. Dalam perceraian ini, ia menyatakan bahwa pernikahan itu 'tidak dapat dipertahankan karena perselisihan atau konflik kepribadian'.

Namun secara hukum, tuntutannya belum direstui sepenuhnya. Beberapa hari kemudian, Shaneen Jabbar diberikan perintah imunitas, yang akhirnya melarang Jabbar mengirim pesan yang mengancam atau cabul kepadanya atau menyebabkan 'cedera fisik' padanya atau anak mereka.

Di tahun 2021, Jabbar kembali mengajukan gugatan cerai, dan pengadilan mengabulkan pembubaran pada tahun berikutnya. Dalam pernyataan yang diajukan ke pengadilan, Jabbar menggambarkan dirinya bangkrut, dengan pendapatan bersih sekitar US$ 7.500 (Rp 121 juta) dan pengeluaran bulanan sekitar US$ 8.960 (Rp 145 juta).

Motif

Dalam perkembangan terbaru, polisi memaparkan motif pelaku melakukan tindakannya. Ini terungkap dalam sebuah video yang ia buat.

"Jabbar mengatakan bahwa dia sebelumnya berencana untuk menyakiti keluarga dan teman-temannya, tetapi khawatir liputan media tidak akan fokus pada 'perang antara orang beriman dan orang kafir'," kata Wakil Asisten Direktur FBI Christopher Raia dalam sebuah konferensi pers, dimuat Reuters,

"Jabbar juga mengatakan dalam video tersebut bahwa dia telah bergabung dengan ISIS sebelum musim panas lalu dan memberikan surat wasiat terakhirnya," kata Raia.

FBI mengatakan ini adalah tindakan terorisme. Namun FBI masih menyelidiki "jalur radikalisme" Jabbar.

"Itu sudah direncanakan sebelumnya dan merupakan tindakan jahat," ujar Raia lagi.

"Bukti yang ditinjau sejauh ini menunjukkan bahwa ia jelas terinspirasi oleh ISIS, kata Raia," tambahnya.

Kaitan dengan Ledakan Mobil Tesla di Hotel Trump Las Vegas

Sementara itu, FBI mengatakan tampaknya tidak ada hubungan antara serangan di New Orleans dan insiden di Las Vegas pada hari yang sama. Sebelumnya sebuah Tesla Cybertruck sewaan yang penuh dengan tabung bensin dan mortir kembang api besar meledak di luar Trump International Hotel di Las Vegas, Rabu.

Pengemudi Tesla nahas itu diketahui sebagai seorang prajurit tugas aktif di Angkatan Darat AS. Ia menembak dirinya sendiri beberapa saat sebelum ledakan.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Truk Tabrak Keramaian Tahun Baru di New Orleans AS, 10 Tewas

Next Article Pria Misterius Tembaki Perbatasan Israel, 3 Orang Tewas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|