REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol menilai energi nuklir akan menjadi salah satu pilar penting dalam transisi energi di kawasan Asia Tenggara, termasuk bagi Indonesia yang tengah mempersiapkan peta jalan energi rendah karbon.
Birol menekankan bahwa setiap negara memiliki jalur transisi yang berbeda, namun arah kebijakan energi harus tetap menuju sistem yang lebih bersih, aman, dan terjangkau.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“Setiap negara memiliki jalur transisinya masing-masing, tetapi arahnya harus menuju energi yang lebih aman, bersih, dan terjangkau,” ujar Fatih Birol.
Menurutnya, kawasan Asia Tenggara memiliki potensi energi terbarukan yang besar—terutama dari tenaga surya, air, dan panas bumi. Namun, ia menilai bahwa energi nuklir juga perlu dilihat sebagai solusi strategis untuk menjawab kebutuhan energi yang stabil di tengah peningkatan permintaan listrik.
“Saya menyambut baik aspirasi banyak negara yang ingin memanfaatkan tenaga nuklir, baik melalui pembangkit konvensional maupun reaktor modular kecil atau small modular reactors (SMR),” kata Birol.
Birol menegaskan bahwa energi nuklir memiliki keunggulan dalam menjaga keandalan pasokan listrik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, ia juga menekankan pentingnya desain transisi yang inklusif agar tidak menimbulkan beban sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
“Transisi harus dirancang dengan baik dan didukung oleh masyarakat agar tidak menjadi beban. Energi bersih harus tetap terjangkau bagi semua,” tegasnya.
IEA mencatat bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, minat terhadap energi nuklir kembali meningkat seiring kebutuhan untuk mencapai target net-zero dan mengurangi emisi dari sektor ketenagalistrikan.

3 hours ago
1
















































