Gambaran Ekonomi 2025: Rumit dan Mengkhawatirkan

3 months ago 36

Jakarta, CNBC Indonesia - Rumit, dan mengkhawatirkan menjadi gambaran kondisi ekonomi dunia pada 2025, yang dilihat oleh 900 pemimpin global di bidang akademis, bisnis, pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat sipil. Pandangan mereka ini termaktub dalam The Global Risks Report 2025 yang dipublikasikan oleh World Economic Forum pada Januari 2025.

"Global Risks Report edisi ke-20 ini melanjutkan sorotan terhadap risiko-risiko global yang muncul secara global, yang rumit dan mengkhawatirkan," kata Managing Director WEF Saadia Zahidi dalam The Global Risks Report 2025, dikutip Kamis (16/1/2025).

Dalam laporan itu, risiko krisis pada 2025 digambarkan masih dipicu oleh peperangan yang berkepanjangan, seperti invasi Rusia ke Ukraina, konflik di Timur Tengah dan Sudan. WEF melaporkan, hampir seperempat responden yang disurvei (23%) menganggap konflik bersenjata berbasis Negara (perang proksi, perang saudara, kudeta, terorisme, dll.) sebagai risiko teratas untuk 2025.

Dibandingkan dengan tahun lalu, risiko ini telah naik dari peringkat ke-8 menjadi ke-1. Ketegangan geopolitik juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko konfrontasi Geoekonomi (sanksi, tarif, penyaringan investasi) yang bertengger di dalam risiko terbesar peringkat ke-3 untuk 2025, yang juga didorong oleh masalah ketimpangan, polarisasi sosial dan faktor-faktor lainnya.

Risiko yang terkait dengan peristiwa cuaca ekstrem juga menjadi perhatian utama ke-2 para responden untuk tahun ini dan tahun ke depan. Beban perubahan iklim menjadi lebih nyata setiap tahun, karena polusi dari penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas terus-menerus menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem yang lebih sering dan parah.

"Gelombang panas di beberapa bagian Asia; banjir di Brasil, Indonesia, dan beberapa bagian Eropa; kebakaran hutan di Kanada; dan badai Helene dan Milton di Amerika Serikat hanyalah beberapa contoh terkini dari peristiwa tersebut," tulis WEF dalam laporannya.

Mirip dengan tahun lalu, Misinformasi dan disinformasi serta polarisasi masyarakat tetap menjadi risiko utama saat ini, masing-masing di posisi yang paling dikhawatirkan untuk peringkat ke-4 dan ke-5.

"Peringkat tinggi dari kedua risiko ini tidak mengejutkan mengingat semakin cepatnya penyebaran informasi palsu atau menyesatkan, yang memperkuat risiko utama lainnya yang kita hadapi, mulai dari konflik bersenjata berbasis negara hingga peristiwa cuaca ekstrem," tulis WEF.

Adapula kekhawatiran pada risiko kemerosotan Ekonomi (resesi, stagnasi) di peringkat ke-6. Kerentanan yang dirasakan terkait dengan risiko kemerosotan ekonomi lebih tinggi pada kelompok usia muda: kelompok usia di bawah 30 tahun menduduki peringkat ke-3, kelompok usia 30-39 tahun menduduki peringkat ke-4, dan kelompok usia 40-49 tahun menduduki peringkat ke-5.

Risiko yang bermasalah untuk peringkat ke-7 terkait dengan perubahan kritis terhadap sistem bumi, peringkat ke-8 terkait dengan kurangnya porsi kesempatan dalam kue ekonomi dan makin masalahnya pengangguran, ke-9 terkait dengan risiko makin terkikisnya hak asasi manusia dan atau kebebasan sipil, dan peringkat ke-10 tentang masalah ketimpangan.

WEF berpendapat, para pemimpin di sektor publik dan swasta, masyarakat sipil, organisasi internasional, dan akademisi harus segera merespons permasalahan ini dengan bekerja sama secara terbuka dan konstruktif.

"Dengan memperdalam dialog yang terbuka dan jujur, serta bertindak secara cepat, ini bisa mengurangi risiko yang ada, kita dapat membangun kembali kepercayaan dan bersama-sama menciptakan ekonomi dan masyarakat yang lebih kuat dan tangguh," ucap Saadia.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video : Geopolitik Tak Menentu, Rupiah Keok ke 16.000

Next Article Video: PDB Tembus USD 3,4 T, ASEAN Bakal Jadi Kekuatan Ekonomi Dunia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|