Aktivis Kemanusiaan Greta Thunberg, Thiago Avila dan Yasemin Akar tiba di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Ahad (6/9/2025). Kedatangan para aktivis dan relawan dari berbagai negara yang berangkat dari Spanyol disambut antusias oleh para delegasi dan warga Tunisia. Ketiga aktivis bersama ratusan relawan dari 44 negara tersebut akan melakukan pelayaran dari Tunisia menuju Gaza untuk membuka koridor kemanusiaan untuk masyarakat Palestina di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemimpin konvoi kemanusiaan Global Sumud Flotilla, Greta Thunberg, mengaku telah mendapatkan informasi intelijen jika Israel akan menyerang armada kemanusiaan tersebut dalam waktu 48 jam. Pesan itu diunggah aktivis iklim asal Swedia tersebut melalui akun Instagram centang biru miliknya beberapa waktu lalu.
"Mengikuti serangan sebelumnya kepada misi kemanusiaan kami ke Gaza, kami telah mendapatkan informasi intelijen yang kredibel jika Israel akan melakukan peningkatan serangan kepada flotilla dalam waktu 48 jam,"ujar Greta seperti dikutip Republika pada Jumat (26/9/2025).
Menurut Greta, beberapa relawan yang berada di konvoi kemanusiaan untuk menembus blokade Gaza tersebut telah dihubungi oleh pemerintah mereka masing-masing. Mereka diperingati akan datangnya serangan Israel yang lebih besar. "Mereka mengingatkan akan serangan Israel yang akan lebih besar dan berpotensi lebih mematikan dari semua yang telah kita saksikan sebelumnya,"ujar dia.
Greta mengatakan, semakin dekat mereka mendekati Gaza, maka semakin besar risiko yang mereka hadapi. Meski demikian, ujar dia, perang psikologis dan kampanye hitam tak akan menghentikan misi kemanusiaan tersebut.
Greta menegaskan, mereka akan terus berjalan karena tujuannya untuk menembus blokade Gaza, bukan tentang Flotilla. "Misi ini berkaitan dengan Gaza, tempat lebih dari dua juta orang terjebak dan kelaparan secara sistematis di bawah pengepungan ilegal,"kata dia.
"Kami menyerukan kepada pemerintah di mana pun untuk memenuhi kewajiban hukum mereka dan mengakhiri keterlibatan mereka dalam genosida, serta memastikan perjalanan yang aman bagi armada yang terdiri dari lebih dari 500 peserta dari 45 negara,"tegas Greta.