Aktivis Kemanusiaan Greta Thunberg, Thiago Avila dan Yasemin Akar tiba di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Ahad (6/9/2025). Kedatangan para aktivis dan relawan dari berbagai negara yang berangkat dari Spanyol disambut antusias oleh para delegasi dan warga Tunisia. Ketiga aktivis bersama ratusan relawan dari 44 negara tersebut akan melakukan pelayaran dari Tunisia menuju Gaza untuk membuka koridor kemanusiaan untuk masyarakat Palestina di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pegiat iklim Greta Thunberg mengapresiasi adanya pengakuan negara Palestina menjelang dan saat sidang Majelis Umum PBB di New York. Pengakuan tersebut disampaikan beberapa negara barat yang notabene sekutu Israel seperti Inggris, Prancis, Portugal hingga Australia.
Meski demikian, dia menyatakan, jika yang dilakukan hanya gestur simbolis, maka tak akan sampai pada tujuan manapun kecuali diikuti oleh tindakan nyata.
Greta yang tengah mengawal konvoi kemanusiaan Global Sumud Flotilla untuk menembus blokade Gaza itu mencontohkan bagaimana negara asalnya, Swedia, sudah sepuluh tahun mengakui negeri dimana Masjid al Aqsa berada tersebut. Menurut dia, Kedutaan Besar Palestina bahkan sudah berdiri disana. "Tapi kami masih terlibat dalam genosida ini. Secara finansial, politik dan militer mendukung genosida Israel di Gaza,"kata Greta seperti dikutip Republika dari kanal Reuters di saluran Youtube.
Greta menegaskan, Komisi Independen PBB telah mengonfirmasi yang sebenarnya telah lama disampaikan jika memang yang terjadi di Gaza adalah genosida. "Dan di bawah Pengadilan Internasional, negara punya tugas yang sah untuk bertindak tidak hanya berbicara,"ujar dia.
Dia pun meminta dengan tegas agar negara-negara yang mengakui Palestina tersebut segera mengakhiri transfer senjata dan tunjukkan tekanan nyata untuk mengakhiri genosida.
Komentara Issam al-Khatib, pengungsi dari Kota Gaza, tentang tindakan negara-negara Eropa mengakui Negara Palestina.
sumber : Antara