Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kelapa parut di pasar tradisional mulai mengalami kenaikan menjelang Lebaran 2025.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Minggu, hari ini, Kamis (27/3/2025), harga kelapa parut mencapai Rp 15.000 per kg. Bahkan, ada juga yang menjual seharga Rp 18.000 per kg.
Salah satu pedagang kelapa parut yakni Aris mengatakan kenaikan harga kelapa parut sudah cukup lama, bukan menjelang lebaran.
"Naik ke Rp 15.000 sudah cukup lama, bukan baru-baru ini," kata Aris ketika ditemui wartawan CNBC Indonesia, Kamis (27/3/2025).
Menurutnya, harga kelapa parut yang mengalami kenaikan terjadi karena pasokan terbatas sehingga produsen kesulitan mendapatkan barang. Alhasil pedagang terpaksa menaikkan harga karena dari tingkat produsen juga terbatas.
"Pasokannya seret, dari produsen, sudah lama seperti ini," ungkap Aris.
Jor-joran Ekspor Bikin Harga di Dalam Negeri Melonjak?
Sebelumnya, menurut Nur Laela, pedagang kelapa di Pasar Senen, Jakarta Pusat, harga kelapa kini sudah menyentuh angka Rp15.000 per butir.
"(Kelapa) lagi mahal, satu (butir) Rp15.000, belum harga Lebaran. Kalau mau Lebaran satunya bisa Rp25.000, yang besar Rp35.000 (per butir)," ungkapnya saat ditemui di Pasar Senen, Selasa (18/3/2025).
Menurutnya, kenaikan harga ini bukan semata-mata karena momen puasa dan Lebaran, tetapi sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. "Ini (kenaikannya) bukan karena Lebaran atau puasa, sudah tiga bulan naik duluan kalau kelapa. Kata bosku, dari Sumatra-nya (kelapa) nggak turun ke Jawa, tapi langsung diekspor ke Malaysia, makanya sulit," sambungnya.
Hal serupa juga dirasakan Endang, pedagang kelapa lainnya di Pasar Senen. Ia mengungkapkan, harga kelapa saat ini berada di kisaran Rp15.000 per butir, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang masih berkisar Rp10.000-Rp12.000 per butir. Kenaikan harga ini sudah terjadi sejak Desember 2024 lalu.
Apa Kata Pemerintah?
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengakui, salah satu pemicu utama kenaikan ini adalah tingginya permintaan ekspor.
"Kelapa ini kan banyak permintaan ekspor juga ya. Banyak permintaan ekspor, terus industri di dalam negeri juga banyak minta," kata Budi saat ditemui di kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Menurutnya, tingginya permintaan ekspor berpengaruh terhadap ketersediaan kelapa di dalam negeri.
"Jadi industri di dalam negeri, karena banyak yang ekspor, juga kadang-kadang kesulitan dapat barang," ungkapnya.
Tak hanya Mendag, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Westin, Jakarta Rabu (26/2/2025), juga mengungkapkan bahwa kelangkaan kelapa di Indonesia salah satunya disebabkan oleh besarnya permintaan dari China.
"Saya ambil contoh kelapa saja, kita sekarang kekurangan kelapa karena kelapa kita sekarang habis dibeli China," ujar Zulhas.
Ia menjelaskan bahwa kelapa Indonesia banyak diolah menjadi santan yang kini semakin populer di China sebagai alternatif susu.
"Untuk pengganti susu jadi kalau bikin kopi sekarang pakai santan," imbuhnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jalan Tol Makin Padat H-5 Lebaran, Kemenhub Beri Imbauan WFA
Next Article Jelang Ramadan, Mendag Janji Terus Pelototi Harga Sembako-Lakukan Ini