Jakarta, CNBC Indonesia - Sahira Butik Hotel Paledang, Bogor mengumumkan penutupan operasional sementara. Hal itu disampaikan melalui unggahan di akun Instagram resmi.
"Merupakan suatu kehormatan bisa menjadi bagian dari perjalanan Anda di Kota Bogor. Terima kasih dan sampai jumpa kembali," demikian takarir/ keterangan yang tercantum di bawah foto pengumuman yang diunggah Rabu (26/3/2025) itu.
Selanjutnya pada pengumuman tertulis, "Sahira Butik Hotel Paledang akan menutup pintunya untuk sementara waktu pada tanggal 29 Maret 2025. Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas dukungan Anda karena telah menjadikan hotel kami tempat yang istimewa."
Tidak ada penjelasan di balik penutupan sementara itu.
Manajemen hanya mengimbau calon tamu yang telah melakukan reservasi setelah tanggal 29 Maret 2025 agar menghubungi tim Sahira Butik Hotel Paledang.
Di awal pengumuman disebutkan, hotel tersebut telah beroperasi selama 20 tahun di jantung kota Bogor.
Lalu apa penyebab tutupnya hotel tersebut? Benarkah karena efek domino efisiensi anggaran?
Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir, pengusaha hotel buka-bukaan mengeluhkan efek domino efisiensi anggaran pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Penghematan itu menyebabkan pesanan hotel menurun drastis. Sebab, menurut pengusaha, pesananan hotel dari pemerintah menyumbang besar bagi pendapatan hotel. Yakni, untuk kebutuhan rapat, konvensi, dan pameran.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menduga, Sahira Hotel Butik Paledang mengalami kesulitan akibat efek domino efisiensi anggaran pemerintah.
"Iya betul. Jadi mereka kelihatannya kesulitan ya. Kesulitan di keuangannya, karena pendapatannya drop. Mungkin mereka ini pasar pemerintahnya cukup besar," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (27/3/2025).
Meski penghematan APBN 2025 ini baru berlaku sekitar 1 bulan, menurut Hariyadi, efeknya memang cepat dan langsung dirasakan pelaku industri perhotelan.
"Memang betul. Jadi ini yang kita khawatirkan. Saya udah dari awal statement. Jadi sekarang ini itu sama sekali tidak ada belanja pemerintah tuh nggak ada, nol. Kalaupun ada, kecil banget lah, sangat-sangat minor gitu ya," tukasnya.
"Kalau pemerintahan berdalihnya ya memang kalau kuartal pertama belum ada anggaran gitu kan. Tapi ini memang beda. Kalau tahun-tahun sebelumnya itu ada namanya sisa lebih anggaran itu loh, Silpa )Sisa Lebih Perhitungan Anggaran atau Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) itu loh. Nah itu masih ada, kegiatan itu masih ada. Nah ini sama sekali nggak ada kegiatan," beber Hariyadi.
Kondisi itu, lanjutnya, tidak hanya terjadi di sektor akomodasi perhotelan. Tapi juga sektor lain dan mengalami dampak yang signifikan.
"Nah nanti kalau sampai di kuartal kedua juga terjadi kelambatan, di dalam pembelanjaan anggaran pemerintah, itu akan lebih besar lagi impactnya," warning Hariyadi.
Hariyadi memproyeksikan, kontribusi kegiatan MICE pemerintah terhadap bisnis hotel beragam di tiap daerah.
"Tergantung daerahnya, kalau secara nasional 40%. Tapi kalau masing-masing daerahnya kan beda-beda ya. Seperti misalnya di Sulawesi, atau di Kalimantan, itu bisa tinggi sekali. Masing-masing daerahnya beda-beda. Itu kayak di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, itu bisa 70%. Bogor itu mungkin bisa antara 50-an persen ada mungkin kontribusinya," ucapnya.
"Mungkin dia (Sahira Butik Hotel Paledang) segmennya signifikan gitu loh. Dari pemerintahnya mungkin dia lebih dari 50%. Nah ini kan sebenarnya menggambarkan efek domino ya. Ini kan udah bisa terlihat kan, sudah terlihat dampak seriusnya kalau pemerintah terlambat membelanjakan anggaran belanjanya gitu ya," cetus Hariyadi.
Foto: Sahira Butik Hotel Paledang, Bogor, Tutup. (Instagram/@sahirabutikhotel)
Sahira Butik Hotel Paledang, Bogor, Tutup. (Instagram/@sahirabutikhotel)
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Indonesia Jadi Tujuan Ekspansi Marriott, Ini Alasannya!
Next Article Video: Pemerintah Mau Hemat Anggaran, Pengusaha Hotel "Menjerit"