Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berbalik merana pada perdagangan sesi I Senin (6/1/2025), di tengah sikap pasar yang masih mengharapkan adanya fenomena January Effect dan sentimen pasar lainnya di global.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,73% ke posisi 7.112,33. Sejatinya, IHSG sempat mencoba untuk menguat lebih lanjut di awal sesi I. Namun beberapa menit setelah sesi I dibuka, IHSG tak mampu bertahan di zona hijau dan cenderung merana.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,2 triliun dengan melibatkan 14,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 672.432 kali. Sebanyak 237 saham menguat, 350 saham melemah, dan 201 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor transportasi dan keuangan menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni masing-masing mencapai 1,22% dan 1,2%.
Sejalan dengan sektor keuangan yang menjadi salah satu penekan IHSG, tiga saham perbankan raksasa juga menjadi penekan terbesar IHSG yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mencapai 11,2 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 7,2 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 6,6 indeks poin.
Selain tiga saham perbankan raksasa, ada juga emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang juga membebani IHSG sebesar 8 indeks poin.
Berikut saham-saham yang menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG berbalik merana setelah dua hari perdagangan di awal 2025 bergerak positif. Bahkan pada Jumat pekan lalu atau perdagangan kedua di 2025, IHSG sempat mendekati level psikologis 7.200.
Pasar menanti sentimen dari Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) pada Kamis mendatang.
The Fed akan mengadakan pertemuan untuk membahas kemungkinan hasil keputusan suku bunga dan akan diumumkan pada 30 Januari mendatang.
Kemudian sentimen dari Non-Farm Payrolls (NFP) Desember, sehari setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang memberikan gambaran kondisi ekonomi AS. Berdasarkan konsensusnya, jumlah lapangan pekerjaan di luar pertanian untuk Desember akan mencatatkan penurunan yang cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya.
NFP Desember diperkirakan akan mencatatkan lapangan pekerjaan sekitar 150 ribu dibandingkan November yang sebesar 227 ribu.
Pasar juga masih berharap fenomena January Effect sebagai momentum seasonal, umumnya pada Januari ada fenomena yang disebut "January Effect" di pasar modal, di mana kecenderungan harga saham pada dua minggu pertama atau sepanjang Januari akan mengalami kenaikan.
Namun, tampaknya probabilitas IHSG menikmati January Effect masih cenderung kecil karena arus dana asing yang masih mencatatkan outflow.
Adapun hal tersebut dapat terjadi karena siklus pergerakan sebuah saham, di mana IHSG sudah bergerak konsisten turun sejak empat bulan terakhir yang secara historikal IHSG cenderung berubah tren dari yang sudah berlangsung selama kurang lebih empat bulan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global
Next Article Usai Anjlok Kemarin, IHSG Sesi I Menguat ke Level 7.137