Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat terbatas pada awal perdagangan sesi I Selasa (7/1/2025), di mana pasar saham RI akan banyak dipengaruhi oleh penantian rilis data dari Negeri Paman Sam, terutama terkait pasar tenaga kerja.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka naik tipis 0,1% ke posisi 7.087,88. Selang lima menit setelah dibuka, IHSG berbalik turun tipis 0,05% ke 7.076,71.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 770 miliar dengan volume transaksi mencapai 2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 67.748 kali.
Pergerakan IHSG pada hari ini cenderung akan banyak dipengaruhi oleh penantian rilis data dari Amerika Serikat (AS), terutama terkait pasar tenaga kerja.
Sementara dari dalam negeri tidak ada banyak data yang rilis, tetapi pasar tampaknya bisa merespon beberapa data yang diumumkan pada konferensi pers APBN Kita kemarin.
Dari AS, pasar akan menantikan rilis data Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang meliputi pembukaan pekerjaan baru (Job Opening) dan laporan pemutusan hubungan kerja secara sukarela (Job Quit) November 2024.
Mengutip dari CNBC International, menurut proyeksi Dow Jones, ekonom memperkirakan 7,7 juta tambahan lowongan pekerjaan di bulan November.
Sementara itu, menurut sumber yang sama, untuk laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP untuk bulan Desember 2024 akan dirilis pada Rabu besok, yang merupakan ukuran perubahan jumlah orang yang bekerja di sektor swasta di AS. Diperkirakan akan menunjukkan bahwa 130.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan Desember.
Sementara itu, menurut laman Tradingeconomics, untuk jumlah job quits pada November 2024 diperkirakan turun 3,31 juta dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat naik ke posisi lima bulan tertinggi sebanyak 3,32 juta.
Beralih ke dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan beberapa hal dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kemenkeu pada Senin kemarin (6/1/2025), meliputi asumsi dasar makro dan tutup buku APBN 2024.
Tercatat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 defisit sebesar 2,29% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Adapun, seluruh asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2024 meleset dari target.
Pertama, dari inflasi yang diasumsikan mencapai 2,8% yoy, namun realisasi akhir tahun, IHK hanya tumbuh 1,57% yoy.
Kedua, nilai tukar rupiah diasumsikan Rp 15.000/US$, tetapi yang terjadi nilai tukar rupiah hingga penghujung tahun lalu masih betah di atas Rp16.000/US$.
Terakhir, dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan bisa mencapai 5,2% yoy, tampaknya tidak akan mencapai target, tetapi Sri Mulyani mengatakan akan mencapai sesuai outlook di kisaran 5%.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal I capai 5,11%, kuartal II 5,05%, kuartal III 4,95%, dan kuartal IV masih belum keluar, kita estimasi keseluruhan tahun diperkirakan di 5%," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (6/1/2025).
Namun, dana investor asing yang masih keluar dari pasar saham RI turut membebani IHSG kemarin dan cenderung berlanjut pada hari ini.
Berdasarkan data pasar pada perdagangan kemarin, asing kembali mencatatkan penjualan bersih (net sell) atau outflow sebesar Rp 923,39 miliar, dengan rincian sebesar Rp 623,31 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 300,08 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Ketidakpastian di AS mengingat pasar masih menanti kepastian arah kebijakan tarif impor hingga keimigrasian AS era Presiden Donald Trump yang akan dilantik 20 Januari 2025 dan kondisi di dalam negeri membuat asing cenderung memburu dolar AS dan bahkan pasar saham AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global
Next Article Investor Waswas Demo Peringatan Darurat, IHSG Sesi II Dibuka Merah