IHSG Koreksi di Sesi I, Sektor dan Saham Ini Biang Keroknya

1 day ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi tipis pada akhir perdagangan sesi I Selasa (7/1/2025), setelah sempat bergerak volatil di sepanjang sesi I hari ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG turun tipis 0,09% ke posisi 7.073,76. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000, meski di sesi I hari ini pergerakan cenderung volatil.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,6 triliun dengan melibatkan 9,3 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 570.678 kali. Sebanyak 239 saham naik, 318 saham turun, dan 232 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor keuangan dan konsumer non-primer menjadi penekan IHSG yakni sebesar 0,58%. Namun, sektor kesehatan menjadi penahan koreksi IHSG yakni mencapai 0,63%.

Dari sisi saham yang menjadi penekan IHSG, mayoritas kembali terjadi di perbankan raksasa dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan terbesar yakni mencapai 6,8 indeks poin. Selain itu, adapula emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang membebani IHSG mencapai 8,1 indeks poin.

Sementara dari sisi saham yang menjadi penahan koreksi IHSG, ada emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang mencapai 16,2 indeks poin dan emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sebesat 4,6 indeks poin.

Berikut saham-saham yang menjadi penekan dan penahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini.

IHSG bergerak volatil di sepanjang sesi I hari ini, di tengah masih derasnya dana investor asing yang keluar dari pasar saham RI. Pada perdagangan kemarin, berdasarkan data pasar, asing kembali mencatatkan penjualan bersih (net sell) atau outflow sebesar Rp 923,39 miliar, dengan rincian sebesar Rp 623,31 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 300,08 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Ketidakpastian di AS mengingat pasar masih menanti kepastian arah kebijakan tarif impor hingga keimigrasian AS era Presiden Donald Trump yang akan dilantik 20 Januari 2025 dan kondisi di dalam negeri membuat asing cenderung memburu dolar AS dan bahkan pasar saham AS.

Selain itu, pasar juga masih menanti rilis data ekonomi di global terutama di AS pada pekan ini. Dari AS, pasar akan menantikan rilis data Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang meliputi pembukaan pekerjaan baru (Job Opening) dan laporan pemutusan hubungan kerja secara sukarela (Job Quit) November 2024.

Mengutip dari CNBC International, menurut proyeksi Dow Jones, ekonom memperkirakan 7,7 juta tambahan lowongan pekerjaan di bulan November.

Sementara itu, menurut sumber yang sama, untuk laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP untuk bulan Desember 2024 akan dirilis pada Rabu besok, yang merupakan ukuran perubahan jumlah orang yang bekerja di sektor swasta di AS. Diperkirakan akan menunjukkan bahwa 130.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan Desember.

Sementara itu, menurut laman Trading Economics, untuk jumlahjob quitspada November 2024 diperkirakan turun 3,31 juta dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat naik ke posisi lima bulan tertinggi sebanyak 3,32 juta.

Beralih ke dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan beberapa hal dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kemenkeu pada Senin kemarin (6/1/2025), meliputi asumsi dasar makro dan tutup buku APBN 2024.

Tercatat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 defisit sebesar 2,29% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Adapun, seluruh asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2024 meleset dari target.

Pertama, dari inflasi yang diasumsikan mencapai 2,8% yoy, namun realisasi akhir tahun, IHK hanya tumbuh 1,57% yoy.

Kedua, nilai tukar rupiah diasumsikan Rp 15.000/US$, tetapi yang terjadi nilai tukar rupiah hingga penghujung tahun lalu masih betah di atas Rp16.000/US$.

Terakhir, dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan bisa mencapai 5,2% yoy, tampaknya tidak akan mencapai target, tetapi Sri Mulyani mengatakan akan mencapai sesuai outlook di kisaran 5%.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal I capai 5,11%, kuartal II 5,05%, kuartal III 4,95%, dan kuartal IV masih belum keluar, kita estimasi keseluruhan tahun diperkirakan di 5%," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (6/1/2025).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article IHSG Ditutup Turun Tipis, Masih Bertahan di Level 7.700

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|