Inflasi AS Tumbuh Sesuai Ekspektasi, Wall Street Dibuka Bergairah

8 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cerah bergairah pada perdagangan Rabu (11/12/2024), setelah dirilisnya data inflasi AS periode November 2024 yang sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,01% ke posisi 44.253,97, S&P 500 menguat 0,67% ke 6.075,22, dan Nasdaq Composite melonjak 1,25% menjadi 19.933,42.

Nasdaq pun kembali mencetak rekor tertinggi intraday dan makin mendekati level psikologis 20.000, setelah dirilisnya data inflasi AS pada November lalu yang sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya.

Beberapa saham teknologi pun bergairah setelah rilis data inflasi terbaru AS. Saham Nvidia, Tesla dan saham teknologi lainnya memimpin kenaikan, di mana Nvidia dan Tesla melesat lebih dari 1%.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.

Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm).

Adapun inflasi inti, Tidak termasuk biaya pangan dan energi tumbuh 3,3% (yoy) pada November lalu, masih sama dengan periode Oktober lalu yang juga tumbuh 3,3% dan juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Sedangkan IHK inti bulanan tumbuh 0,3% (mtm) pada November 2024, sama seperti pada Oktober 2024 yang juga tumbuh 0,3% dan angka IHK inti bulanan juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Pembacaan ini dilakukan saat pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertimbangkan apa yang harus dilakukan pada pertemuan kebijakan mereka minggu depan.

Pasar sangat berharap The Fed akan menurunkan suku bunga acuan pinjaman jangka pendeknya sebesar seperempat poin persentase saat pertemuan terakhirnya di tahun ini yakni pada 18 Desember, tetapi kemudian melewatkan Januari karena mereka mengukur dampak pemangkasan berturut-turut terhadap ekonomi.

Laporan tersebut semakin memperkuat prospek pasar untuk pemangkasan suku bunga. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan pekan depan naik menjadi 96,2%, dari sebelumnya sekitar 86% pada Selasa kemarin.

"Inflasi inti yang sejalan membuka jalan bagi pemangkasan suku bunga pada pertemuan [Komite Pasar Terbuka Federal] minggu depan," kata Whitney Watson, kepala global dan kepala bersama untuk pendapatan tetap di Goldman Sachs Asset Management, dikutip dari CNBC International.

"Setelah data hari ini, The Fed akan memulai liburan dengan keyakinan penuh pada proses deflasi dan kami pikir The Fed masih berada di jalur pelonggaran bertahap lebih lanjut di tahun baru," tambah Watson

Meskipun inflasi jauh di bawah level tertinggi dalam 40 tahun yang tercatat pada pertengahan 2022, inflasi masih di atas target tahunan Fed sebesar 2%.

Beberapa pembuat kebijakan dalam beberapa hari terakhir telah menyatakan rasa frustrasi dengan ketahanan inflasi dan telah mengindikasikan bahwa laju pemotongan suku bunga mungkin perlu diperlambat jika kemajuan lebih lanjut tidak tercapai.

Jika The Fed menindaklanjuti pengurangan minggu depan, maka The Fed akan memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga sejak September lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Lanjut Berpesta Hingga Rupiah Waspada Guncangan

Next Article Biden Mundur Dari Pencalonan Pilpres AS, Wall Street Dibuka Bergairah

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|