Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles pada perdagangan sesi I Senin (16/12/2024), di tengah sikap investor yang menanti keputusan suku bunga acuan bank sentral pada pekan ini.
Per pukul 09:18 WIB, IHSG ambles 1,28% ke posisi 7.230,98. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 7.300 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,8 triliun dengan melibatkan 4,3 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 190.227 kali.
IHSG kembali merana di tengah sikap investor yang menanti keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI) pada Rabu siang dan Kamis dini hari.
Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunga seperempat poin lagi, tepatnya pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut.
Adapun, semua kebijakan tersebut memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal sejak September lalu.
Sejauh ini, bank sentral AS tampaknya telah bergerak perlahan karena mereka mengkalibrasi ulang kebijakan setelah dengan cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diprediksi belum akan memangkas kembali suku bunga acuannya dan cenderung kembali menahannya pada pertemuan Desember kali ini. Hal ini lantaran kondisi rupiah yang makin mengkhawatirkan belakangan ini.
Namun sebelum menuju The Fed dan BI, investor akan memantau rilis beberapa data ekonomi di global dan dalam negeri pada hari ini.
Dari global, yakni dari mitra dagang terbesar RI, China juga akan merilis beberapa data ekonomi. Pada hari ini, China akan merilis produksi industri China secara tahunan sejak periode Januari hingga November 2024.
Sebelumnya terpantau produksi industri China hingga Oktober 2024 tercatat 5,8%. Angka tersebut bergerak stagnan dari periode September 2024 yang juga tercatat 5,8%.
Masih dalam hari yang sama, China juga akan merilis tingkat pengangguran periode November 2024. Sebelumnya tingkat pengangguran di China menurun pada periode Oktober 2024 sebesar 5%, dari 5,1% pada periode September 2024.
Selain itu juga terdapat rilis data penjualan ritel China periode November 2024. Sebelumnya penjualan ritel di China mengalami lonjakan pada periode Oktober menjadi 4,8% dari sebelumnya 3,2% dari periode September 2024.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan beserta data ekspor dan juga impor periode November 2024.
Surplus neraca perdagangan diproyeksi masih akan berlanjut pada November 2024. Namun, surplus diproyeksi akan menyusut karena tingginya impor.
Sebelumnya, BPS mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mencapai US$ 2,48 miliar, melanjutkan capaian surplus pada September 2024 sebesar US$ 3,23 miliar.
Konsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiadari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada November 2024 akan mencapai US$ 2,21 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Oktober 2024 yang mencapai US$2,48 miliar.
Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 55 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus membentang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) - hingga Prabowo Subianto.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 6,07% (year on year/yoy) sementara impor juga naik 6,36% yoy pada November 2024.Pada Oktober 2024, ekspor terbang 10,3% (yoy) dan impor melesat 17% (yoy).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: