Ini Kisah Mal Pertama Indonesia yang Tak Boleh Jual Barang Mahal

4 days ago 13

8000 Hoki Online List Akun web Slot Maxwin Thailand Terkini Mudah Lancar Jackpot Full Non Stop

hoki kilat slot Akun web Slot Gacor Japan Terkini Mudah Win Non Stop

1000hoki.com Data Platform situs Slot Maxwin Myanmar Terpercaya Pasti Win Full Terus

5000 Hoki Online List Platform website Slots Gacor Japan Terbaik Mudah Lancar Jackpot Non Stop

7000 Hoki Online Data Agen web Slot Maxwin Vietnam Terpercaya Gampang Lancar Scatter Non Stop

9000 Hoki Online Data ID situs Slots Gacor Philippines Terbaik Pasti Lancar Jackpot Full Online

Situs games Slots Gacor server Malaysia Terkini Gampang Jackpot Full Setiap Hari

Idagent138 Id Slot Anti Rungkad

Luckygaming138 Daftar Akun Slot Anti Rungkad Terbaik

Adugaming Daftar Akun Slot Maxwin Terbaik

kiss69 Akun Slot Terpercaya

Agent188 login Id Slot Maxwin Online

Moto128 login Akun Slot Online

Betplay138 login Slot Game

Letsbet77 Daftar Id Slot Maxwin Terpercaya

Portbet88 Daftar Akun Slot Terbaik

Jfgaming Daftar Slot Online

MasterGaming138 Daftar Akun Slot Gacor Terbaik

Adagaming168 login Slot Anti Rungkat Terpercaya

Kingbet189 login Id Slot Anti Rungkad Terbaik

Summer138 Akun Slot Anti Rungkat Terpercaya

Evorabid77 Slot Gacor

Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat perbelanjaan atau mall menjadi tujuan sebagian masyarakat untuk rekreasi bersama keluarga atau kerabat. Di antara sejumlah mall di Jakarta, ada salah satu mall tertua dan pertama di Indonesia, yaitu Sarinah.

Belum banyak orang tahu Sarinah menyimpan kisah menarik di baliknya, termasuk terkait pelarangan menjual barang mahal, tak seperti mal-mal masa kini.

Sarinah & Ambisi Soekarno

Pendirian Sarinah tak terlepas dari ambisi Presiden Soekarno membangun proyek mercusuar.

Pada dekade 1960-an, Soekarno memang berambisi memulai banyak proyek supaya Indonesia terlihat "wah" di mata dunia. Apalagi kala itu Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Padahal, dari segi ekonomi, inflasi sedang tinggi dan tak seharusnya presiden memulai banyak proyek konsumtif.

Namun, Soekarno tetap menginisiasi proyek konstruksi, seperti Hotel Indonesia, Gelora Bung Karno, dan juga pusat perbelanjaan pertama atau mal di Indonesia. Jurnalis Rosihan Anwar dalam Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik (2006) menceritakan, dalih Soekarno membuat mall pertama adalah sebagai solusi mengatasi kesulitan rakyat di bidang sandang dan pangan.

Dia ingin mal tak bersifat kapitalis, tapi harus berorientasi ekonomi sosialis. Mal tersebut akan menjadi tempat promosi bagi barang produksi dalam negeri, khususnya hasil pertanian dan perindustrian. Seluruh barang pun harus dijual murah atau tidak terlalu tinggi, sehingga mall pertama ini bisa menjadi stabilisator harga.

"Kalau di department store harganya cuma Rp50, di luar department store, orang tidak berani menjual Rp100," kata Soekarno memberikan contoh bahwa harga murah di mall pasti akan diikuti pasaran, dituliskan ulang oleh R. Soeharto dalam Saksi Sejarah (1984).

Pembangunan mal pertama ini baru terlaksana pada 17 Agustus 1962. Kala itu, Soekarno menamai mal tersebut sebagai Sarinah yang merupakan nama pengasuh Soekarno saat kecil. Dia berharap tempat tersebut bisa menjadi tonggak sejarah perkembangan Indonesia, seperti Sarinah yang mengasuhnya dari kecil hingga dewasa.

Sekalipun ekonomi carut-marut, pendanaan Sarinah berasal dari uang rampasan atau ganti rugi perang dari Jepang.

Kontraktornya berasal dari Jepang yang juga membangun Jembatan Musi di Palembang. Lalu, rancangan bangunan dibantu oleh arsitek Denmark. Soekarno sendiri menjadi Presiden Direktur PT Sarinah. Dia memantau langsung setiap perkembangan pusat perbelanjaan pertama itu.

Singkat cerita, tepat empat tahun kemudian, pada 17 Agustus 1966, Sarinah resmi dibuka. Peresmian Sarinah mencatat rekor serbaneka pertama. Dia menjadi mall pertama di Asia Tenggara yang berisikan ruangan berpendingin udara pertama dan eskalator pertama.

Ketika awal beroperasi, Sarinah menjelma menjadi etalase produk buatan Indonesia. Tentu semuanya dijual murah. Sayang, Soekarno tak bisa lama melihat itu sebab harus lengser sebagai Presiden RI pada 1967. Begitu juga Sarinah yang tak lagi jual barang murah, sebab orientasi ekonomi Indonesia turut mengalami perubahan di kekuasaan presiden baru.

Setelah Sarinah, kita tahu mal di Jakarta bermunculan satu per satu. Sampai sekarang, ada 96 mall di Jakarta. Tentu, kini cita-cita Soekarno yang ingin menjadikan mall sebagai sentra barang murah makin sulit terwujud.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Cuma Soal Perang Dagang, Bos MI Ungkap Sebab Gejolak IHSG

Next Article Daftar Konglomerat Pemilik Mal Terbesar di Jakarta

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|