Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kembali dibuka melemah pada perdagangan Selasa (10/12/2024), karena pelaku pasar mencerna reli akhir tahun sambil menunggu data inflasi AS baru yang akan dirilis pekan ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,46% ke posisi 44.222,60, S&P 500 turun tipis 0,02% ke 6.051,64. Namun untuk Nasdaq Composite kembali bangkit yakni menguat 0,35% menjadi 19.806,67.
"Kami telah mendengar bahwa perdagangan teknologi telah berakhir selama lima tahun, tetapi belum ada tempat yang lebih baik untuk berada," kata CEO Laffer Tengler Investments, Nancy Tengler, dikutip dari CNBC International.
"Ya, pasar memang melebar dan itu bagus, tetapi tanpa teknologi, pasar dan ekonomi akan kesulitan," tambah Tengler.
Investor kini tengah menunggu rilis data indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada Rabu besok dan dapat memengaruhi keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengenai suku bunga pada pertemuannya tanggal 17-18 Desember.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan bahwa inflasi umum naik 0,3% pada November secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Jika hal ini benar terjadi, maka probabilitas bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menurunkan suku bunganya di bulan ini akan semakin kecil mengingat angka inflasi yang terus meningkat.
Sejauh ini, menurut perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya masih cukup besar yakni mencapai 8,61%. Angka ini mengalami peningkatan dari sehari sebelumnya yang mencapai 85%.
Dengan meningkatnya probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya, maka sejatinya pasar masih cukup optimis bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan pekan depan.
Namun yang perlu diwaspadai adalah pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang menekankan kehati-hatian mengenai pendekatan bank sentral dalam melonggarkan kebijakan moneter karena ketahanan ekonomi.
Hal ini karena data tenaga kerja di AS makin pulih, membuat kemungkinan The Fed akan kembali merubah sikapnya pada pertemuan terakhir di 2024.
The Fed kini berada dalam periode tanpa komentar mengenai pertemuan penetapan kebijakannya, tetapi investor akan memperoleh satu wawasan terakhir mengenai pengambilan keputusan mereka dengan data inflasi utama yang akan dirilis pekan ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Inflasi AS Naik & Trump Menang, Ini Efeknye ke Bunga The Fed!
Next Article Biden Mundur Dari Pencalonan Pilpres AS, Wall Street Dibuka Bergairah