Israel Makin Ganas Bombardir Gaza di Hari Raya Idul Fitri, 35 Tewas

1 day ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan udara Israel ke Jalur Gaza terus berlanjut bahkan di hari pertama Idulfitri, menewaskan puluhan warga Palestina. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap menekan Hamas di tengah perundingan gencatan senjata yang masih berlangsung.

Melansir Aljazeera, serangan pada Minggu dini hari menghantam tenda dan rumah warga yang tengah merayakan Idulfitri setelah sebulan berpuasa di Ramadan. Sumber medis melaporkan bahwa sedikitnya 35 orang tewas di Rafah dan Khan Younis akibat serangan tersebut.

Pada hari yang sama, laskar Palestine Red Crescent Society (PRCS) menemukan jasad 15 tenaga medis di Rafah yang sebelumnya menjadi target serangan Israel. Lembaga investigasi Sanad dari Al Jazeera memperoleh gambar satelit eksklusif yang menunjukkan bahwa sedikitnya lima kendaraan penyelamat hancur akibat serangan tersebut.

PRCS menyatakan bahwa serangan terhadap tenaga medis ini merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak bisa diterima. Organisasi itu menegaskan bahwa tindakan militer Israel tersebut "hanya bisa dianggap sebagai kejahatan perang."

Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk karena Israel telah menghentikan pengiriman bantuan sejak awal Maret. "Masyarakat Palestina seharusnya bisa menikmati makanan istimewa saat Idulfitri, tetapi hari ini mereka bahkan kesulitan mendapatkan satu kali makan," ujar jurnalis Al Jazeera Hind Khoudary dari Deir el-Balah.

Kelangkaan pangan menyebabkan harga melonjak tajam, membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Para orang tua di Gaza menyebut memberi makan keluarga mereka kini menjadi "misi yang mustahil," kata Khoudary.

Di tengah kekerasan yang terus berlangsung, prospek tercapainya kesepakatan gencatan senjata masih tampak jauh. Netanyahu kembali menegaskan tuntutan agar Hamas melucuti senjata dan para pemimpinnya meninggalkan Gaza, sambil meningkatkan tekanan untuk pembebasan 59 sandera yang tersisa.

Tuntutan baru Israel ini mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump dan ditujukan untuk merevisi kesepakatan gencatan senjata tiga tahap yang telah disepakati pada Januari lalu. Dalam perjanjian awal, setelah tahap pertama pembebasan sandera, kedua belah pihak akan memasuki tahap negosiasi terkait akhir perang, pembebasan sandera yang tersisa, serta penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Namun, Israel kini bersikeras bahwa Hamas harus melepaskan semua sandera tanpa adanya jaminan penghentian perang. Hamas menolak tuntutan baru tersebut, mendorong Israel kembali menggempur Gaza dan memindahkan pasukannya di dalam wilayah tersebut.

Pada Minggu, Netanyahu juga mengumumkan rencana untuk menerapkan "program emigrasi sukarela" bagi warga Gaza yang sebelumnya diajukan Trump. Kabinet Israel juga menyetujui langkah-langkah untuk terus menekan Hamas, meski kelompok itu telah menerima usulan gencatan senjata dari Mesir dan Qatar.

Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan bahwa pernyataan Netanyahu hanya akan memicu eskalasi tanpa akhir di kawasan. Netanyahu membantah tuduhan bahwa Israel tidak serius bernegosiasi, dengan mengatakan, "Kami bernegosiasi di bawah tekanan serangan, dan itu justru lebih efektif."

Sementara itu, pemimpin Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, mengonfirmasi bahwa kelompoknya telah menerima usulan yang mencakup pembebasan lima sandera Israel setiap pekan. Namun, ia menegaskan bahwa pelucutan senjata seperti yang diminta Israel adalah "garis merah" yang tidak akan mereka lewati.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan Israel ke Gaza Tak Usai Meski Ada Gencatan Senjata

Next Article Israel Menggila Bombardir Gaza, Gencatan Senjata Cuma Mimpi

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|