Ilustrasi tawakkal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selalu ada kisah menarik tentang Tawakkal. Salah satunya dari Sahl at Tustari, sebagaimana tertulis dalam Tadzkiratul Awliya, Fariduddin al-‘Attar.
Sahl at-Tustari adalah seorang ulama Muslim Sunni dan mistikus sufi awal yang lahir sekitar tahun 818 M (203 H) di Shustar, Iran. Dia hidup pada era keemasan Dinasti Abbasiyah dan dikenal karena kezuhudannya serta kemampuan spiritualnya yang tinggi.
Pendidikannya dalam bidang tasawwuf sudah dilakukan sejak usia muda, dibimbing oleh pamannya sendiri, Muhammad bin Sawwar, yang merupakan seorang guru spiritual.
Sahl at-Tustari kemudian melanjutkan pendidikannya dengan berbagai ulama lainnya, termasuk Dzun Nun al-Misri, seorang sufi terkenal pada masa itu. Dia banyak menulis tentang tasawwuf dan tafsir Alquran, serta mendirikan sekolah Salimiyah yang dipimpin oleh muridnya, Muhammad bin Salim.
Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim, sebuah tafsir yang mencakup berbagai aspek spiritual dan syariat. Sahl dikenal karena kedalaman spiritualnya dan kemampuannya dalam memahami Alquran.
Dia wafat sekitar tahun 896 M (283 H) di Basrah, Irak, meninggalkan warisan pemikiran dan spiritualitas yang masih dipelajari hingga saat ini. Murid-muridnya, seperti Mansur Al-Hallaj, juga menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah tasawuf Islam.
Kisah
Suatu ketika, Sahl bin ‘Abdillah at-Tustari melakukan rihlah (perjalanan panjang) untuk mencari ilmu dan mengasingkan diri di padang pasir.
Ia membawa bekal yang sangat sedikit — hanya sepotong roti kering dan air secukupnya. Setelah beberapa hari berjalan, bekalnya habis, dan ia mulai merasakan lapar yang amat sangat.