Kerajaan Bisnis Elon Musk Terguncang Jelang Pelantikan Trump

2 days ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat mendesak Elon Musk agar segera membayar penyelesaian atau menghadapi tuntutan perdata terkait dugaan pelanggaran sekuritas selama akusisi Twitter senilai US$ 44 miliar pada 2022 lalu.

Desakan terbaru dari SEC dilakukan menjelang pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump pada 20 Januari 2025 mendatang. Musk sendiri yang menyampaikan berita ini dalam sebuah postingan di X.

"Oh Gary, bagaimana Anda bisa melakukan ini pada saya?" tulisnya, merujuk pada Ketua SEC Gary Gensler, dikutip dari Reuters, Jumat (3/1/2025).

Dia menambahkan emoji wajah tersenyum sambil melampirkan surat hukum dan mengutuk ultimatum yang dia nilai tidak benar.

"Kami ingin tahu siapa yang mengarahkan tindakan ini-apakah Anda atau Gedung Putih," ujar Musk.

Juru bicara SEC menolak berkomentar mengenai insiden tersebut. Sementara Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.

SEC bukanlah satu-satunya lembaga investigasi yang ditentang dan dituduh melakukan pelecehan politik oleh Musk.

Miliarder ini telah lama mencerca pengawasan pemerintah, menggambarkan dirinya sebagai korban fanatik birokrasi. Ia menilai tindakan pemerintah AS menghambat inovasi yang berpotensi menyelamatkan nyawa perusahaannya.

Elon Musk Tunggu Waktu Pelantikan Trump

Tak lama lagi Gedung Putih akan ditempati oleh Donald Trump, kandidat presiden yang Musk dukung hingga menghabiskan lebih dari seperempat miliar dolar. Sementara Gensler, ketua SEC saat ini, merupakan orang dari era Pemerintahan Joe Biden, lawan Trump di pemilihan Presiden AS kali ini.

Trump sendiri telah menunjuk ketua SEC yang baru untuk menggantikan Gensler, yang berencana untuk mengundurkan diri ketika Trump dilantik.

Potensi Musk untuk memiliki pengaruh yang luar biasa dengan pemerintahan baru menimbulkan pertanyaan tentang nasib investigasi federal dan tindakan regulasi yang memengaruhi kerajaan bisnisnya, di mana setidaknya ada 20 investigasi yang sedang berlangsung.

Antara lain terkait investigasi NHTSA terhadap keamanan sistem Autopilot dan FSD milik Tesla yang sudah banyak memakan korban, potensi pelanggaran kesejahteraan hewan dalam eksperimen implan otak Neuralink, serta dugaan polusi, diskriminasi perekrutan, dan masalah lisensi pada SpaceX. 


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Tantangan RI Kejar Kemajuan Data Center Singapura-Malaysia

Next Article Eropa Ultimatum Elon Musk soal Wawancara Donald Trump

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|