Kisah Walton Enterprises, Family Office Paling Kaya di Dunia

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia tengah menggodok pembentukan family office, atau lembaga pengelola keuangan konglomerasi keluarga. Terlepas dari itu, family office mana kah yang sukses di dunia?

Melansir andsimple.co, Walton Enterprises menempati peringkat teratas sebagai keluarga terkaya di dunia. Kekayaan kolektifnya diperkirakan melampaui US$400 miliar atau sekitar Rp6.633 triliun menurut Bloomberg Billionaires Index.

Walton Enterprises berfungsi sebagai kantor keluarga utama bagi keturunan Sam dan Helen Walton, yang mengawasi kepentingan pribadi, sosial, dan bisnis mereka. Didirikan pada 1953-hampir satu dekade sebelum toko Walmart pertama dibuka pada 1962-entitas ini menjadi fondasi dari salah satu kerajaan keluarga paling berpengaruh di dunia.

Sam Walton lahir pada 1918 di sebuah peternakan kecil di Oklahoma dan tumbuh di masa sulit Depresi Besar. Setelah lulus dari Universitas Missouri, ia memulai kariernya di dunia ritel pada 1940 sebagai trainee di JCPenney, di mana fokusnya pada pelayanan pelanggan menjadi ciri khas kesuksesannya kelak.

Pada 1941, Walton bergabung dengan Angkatan Darat AS selama Perang Dunia II. Saat bertugas di Oklahoma, ia bertemu dengan Helen Robson yang kemudian dinikahinya pada Hari Valentine 1943, dan kemitraan keduanya menjadi fondasi kesuksesan keluarga Walton.

Sepulang dari perang pada 1945, Walton membeli toko pertamanya, Ben Franklin Variety Store, dengan investasi pribadi sebesar US$5.000 dan pinjaman US$20.000 dari ayah mertuanya. Langkah ini menunjukkan keberaniannya mengambil risiko yang kelak menjadi ciri khas perjalanannya di dunia bisnis.

Lima tahun kemudian, sengketa sewa memaksanya memulai kembali usahanya. Namun, ia tak gentar dan pada 1950 membuka toko Walton's Five and Dime di Bentonville, Arkansas, yang kemudian berkembang menjadi jaringan lebih dari 15 toko dan melahirkan cikal bakal Walmart.

Pada 1950-an, Sam Walton mulai merevolusi pengalaman berbelanja di Amerika Serikat. Ia memperkenalkan inovasi seperti tempat parkir gratis, jam operasional panjang, serta konsep swalayan yang memungkinkan pelanggan memilih sendiri barang belanjaan mereka.

Model swalayan ini menurunkan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi sehingga harga bisa lebih murah, dan keuntungan toko pun melonjak tiga kali lipat dalam setahun. Inovasi tersebut menjadi fondasi dari kesuksesan Walmart di masa depan.

Memasuki awal 1960-an, Walton berambisi membuka toko diskon besar di kota-kota kecil yang diabaikan peritel besar. Pada 1962, bersama saudaranya Bud Walton, ia membuka Walmart pertama di Rogers, Arkansas, dengan modal dari hasil gadai rumah dan pinjaman besar.

Dengan efisiensi dan volume tinggi, Walmart berkembang pesat hingga pada 1970 perusahaan ini go public dan menghimpun dana sekitar US$5 juta, dengan keluarga Walton mempertahankan kepemilikan 61%. Langkah ini memperkuat posisi finansial keluarga sekaligus membuka jalan ekspansi nasional.

Pada 1980-an, Sam Walton mendirikan Walton Family Foundation yang berfokus pada pendidikan, pengembangan masyarakat, dan konservasi lingkungan. Yayasan ini menjadi pilar utama kegiatan sosial keluarga Walton yang terus berlanjut hingga kini.

Seiring waktu, Walton Enterprises berkembang menjadi kendaraan utama pengelolaan kekayaan, tata kelola, dan kepemilikan keluarga Walton di Walmart serta bisnis terkait. Struktur kepemilikan dirancang agar keempat anak Sam memiliki porsi yang sama untuk menjaga keseimbangan antar generasi.

Setelah putranya John Walton meninggal pada 2005, kepemilikannya diwariskan kepada sang istri Christy Walton dan putra mereka, Lukas Walton. Lukas kini dikenal sebagai salah satu anggota keluarga yang paling aktif di bidang investasi dan filantropi.

Walton Enterprises kini berperan mengoordinasikan kepemilikan saham keluarga, aktivitas investasi, serta komitmen sosialnya. Kantor pusatnya tetap berada di Bentonville, Arkansas, berdekatan dengan markas besar Walmart, dan didukung oleh tim profesional di bidang keuangan dan strategi.

Jim C. Walton, putra bungsu Sam, disebut masih berperan penting dalam pengawasan perusahaan keluarga ini. Selain di Arkansas, Walton Enterprises juga memiliki kantor di Washington D.C., Denver, dan Jersey City untuk memperluas jangkauan operasionalnya.

Generasi kedua dan ketiga keluarga Walton terus memperkuat warisan keluarga. Rob Walton, putra tertua, menjabat sebagai ketua Walmart hingga 2015 dan aktif dalam program lingkungan yayasan keluarga.

Alice Walton, satu-satunya putri Sam, dikenal sebagai kolektor seni ternama dan pendiri Crystal Bridges Museum of American Art di Bentonville pada 2011, yang kini menjadi salah satu pusat budaya utama di Amerika.

Jim Walton memimpin Arvest Bank yang mengelola lebih dari US$20 miliar aset dan meneruskan kursi dewan Walmart kepada putranya, Steuart Walton. Hal ini menandai transisi kepemimpinan ke generasi ketiga keluarga Walton.

Lukas Walton tampil sebagai wajah baru generasi penerus dengan mendirikan Builders Vision pada 2021. Melalui platform ini, ia mengelola lebih dari US$15 miliar dana yang difokuskan pada investasi berkelanjutan di bidang teknologi iklim, kesehatan laut, dan pertanian regeneratif.

Dalam wawancaranya dengan CNBC, Lukas menyatakan bahwa perubahan besar hanya bisa terjadi bila misi sosial hadir dalam setiap keputusan investasi. Builders Vision menjadi simbol pergeseran keluarga Walton menuju kapitalisme berdampak sosial yang lebih luas.

Kini, Walton Enterprises mencerminkan bagaimana kekayaan lintas generasi dapat berevolusi dengan tujuan yang berkelanjutan. Dari toko kecil di Arkansas, keluarga Walton berhasil membangun sistem tata kelola dan filantropi yang menginspirasi banyak keluarga bisnis dunia.

Selain melalui Walmart, pengaruh keluarga Walton kini menjangkau berbagai bidang, termasuk teknologi, lingkungan, dan inovasi sosial. Laporan terbaru menunjukkan bahwa mereka juga mulai berinvestasi di bidang kecerdasan buatan, termasuk keterlibatan dengan OpenAI.

Keluarga Walton menunjukkan bagaimana modal pribadi dapat digunakan untuk menciptakan dampak sistemik dan perubahan berkelanjutan. Warisan mereka kini bukan lagi sekadar pelestarian kekayaan, melainkan membentuk masa depan dengan nilai dan tujuan.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Crazy Rich China Ramai-Ramai Tinggalkan Singapura, Ini Penyebabnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|