Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sudah menetapkan kebijakan mandatori pencampuran biodiesel 40% atau B40 berlaku mulai 1 Januari 2025.
Ini artinya, mulai 2025 pencampuran biodiesel pada Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar naik 5% dari sebelumnya B35. Seperti diketahui, pemerintah memberlakukan secara penuh pencampuran B35 sejak Agustus 2023.
Dengan penetapan kebijakan mandatori peningkatan pencampuran biodiesel ini, maka kuota biodiesel pada 2025 juga ditetapkan naik menjadi 15,62 juta kilo liter (kl) dari realisasi penyerapan B35 pada 2024 yang tercatat sebesar 12,98 juta kl.
"Kami baru saja selesai membahas rapat secara detail terkait urusan biodiesel. Kita sudah memutuskan dari ESDM tentang peningkatan daripada B35 ke B40 dan hari ini kita umumkan bahwa berlaku per 1 Januari 2025, di mana B35 itu menghasilkan kurang lebih sekitar 12,98 juta kl meningkat menjadi 15,6 juta kl (B40), dan Keputusan Menteri sudah kita tanda tangani," tutur Bahlil saat konferensi pers di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (03/01/2025).
Bahlil menjelaskan, dari kuota B40 sebesar 15,62 juta kl pada 2025 ini, hanya sebagian yang diberikan subsidi atau Public Service Obligation (PSO) yang ditanggung dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), sementara sebagian lainnya dilepas pada harga pasar.
Dia membeberkan, sebanyak 7,55 juta kl biodiesel pada 2025 ini akan disubsidi, sementara 8,07 juta kl tidak diberikan subsidi.
"Dari angka angka 15,6 juta kilo liter, PSO kita itu kurang lebih sekitar 7,55 juta PSO. Yang dimaksud dengan PSO ini adalah yang selisihnya itu ditanggung oleh negara, ini sebenarnya subsidi ini sebenarnya PSO ini insentif subsidi sebenarnya, sehingga setengahnya itu dijual dengan harga pasar," jelasnya.
"PSO-nya 7,55 juta kilo liter PSO, non-PSO sebesar 8,07 juta kilo liter, nah pasti non-PSO ini harganya sama juga tapi tidak ditanggulangi insentifnya oleh negara karena dana BPDPKS kita kan tahun 2025 tidak bisa meng-cover secara total daripada B40, tapi kita sudah hitung gak ada masalah kok," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrahman menyebut dana untuk industri sawit semakin besar. Sebagai contoh, kebutuhan sawit untuk B35 mencapai 13,4 juta kl, sementara untuk B40 kebutuhannya mencapai 16 juta kl.
"Ke depan kebutuhan dana itu semakin besar, contohnya biodiesel. Kalau untuk B40 itu kira-kira volumenya bisa sampai 16 juta kl, karena sekarang B35 13,4 juta kl, dikalikan dengan selisih harga yang harus kita tanggung, ini kan budget-nya harus naik," kata Eddy dalam acara peluncuran buku 'Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan', Kamis (5/9/2024).
Karena itu, ia mengaku kesulitan dan tidak mampu membiayai program-program tersebut. Eddy menjelaskan bahwa selama ini BPDPKS mendanai program-program industri sawit, karena pada 2021 lalu harga sawit tinggi, hingga mengalami windfall tax.
Karena itu, penerimaan BPDPKS akhirnya bisa mencukupi biaya dari program-program tersebut sampai dengan saat ini. Sedangkan untuk penerimaan BPDPKS tahun 2024 ini, berdasarkan proyeksinya akan berat untuk badan pengelola dana sawit itu terus membiayai program yang ada ke depannya.
"Kami melakukan proyeksi, di 2024 ini penerimaan BPDPKS itu sudah tidak bisa lagi membiayai program, sehingga program-program itu bisa berjalan karena pada 2021 mengalami windfall, harga sawit tinggi, kemudian tarifnya progresif. Windfall itu anugerah sehingga punya reserve yang cukup besar, tapi reserve ini digerogoti terus," jelasnya.
Lebih lanjut, ia pun menyoroti program solar sawit B40 yang akan mulai direalisasikan pada 2025 mendatang. Katanya, program tersebut bisa mengambil dana hingga Rp2 triliun. Hal itu tentunya akan berdampak kepada kemampuan keuangan BPDPKS yang semakin menurun.
"Kalau kita ingin menggunakan bahan bakar yang lebih green, ya kita harus bayar yang lebih besar, atau ada inovasi lain seperti penerapan carbon tax, hasilnya untuk subsidi yang green," ujarnya.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: B50 Impian "Prabowo" Siap Meluncur Tahun Depan
Next Article Tok! 1 Januari 2025 Campuran Biodiesel RI Naik Jadi 40%