Jakarta, CNBC Indonesia - Dua pilot Angkatan Laut AS selamat setelah ditembak jatuh di atas Laut Merah dalam insiden yang diduga sebagai "salah tembak" oleh kapal perang AS. Insiden ini menjadi ancaman paling serius bagi pasukan AS dalam lebih dari setahun, selama operasi yang menargetkan pemberontak Houthi di Yaman.
Kedua pilot berhasil menyelamatkan diri dengan kursi pelontar dari pesawat mereka yang rusak, meskipun salah satu dari mereka mengalami cedera ringan. Peristiwa ini menyoroti betapa berbahayanya koridor Laut Merah di tengah serangan terus-menerus terhadap kapal-kapal oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran, meskipun kawasan ini dijaga oleh patroli militer AS dan Eropa.
Militer AS sedang melakukan serangan udara yang menargetkan pemberontak Houthi di Yaman pada saat kejadian, tetapi Komando Pusat AS (Centcom) tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang misi tersebut. Adapun pesawat F/A-18 yang ditembak jatuh baru saja lepas landas dari kapal induk USS Harry S Truman.
"Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Gettysburg, yang merupakan bagian dari kelompok tempur USS Harry S Truman, secara keliru menembakkan senjata dan mengenai F/A-18," kata Centcom dalam sebuah pernyataan, dilansir The Guardian, Senin (23/12/2024).
Insiden ini sedang dalam penyelidikan. Dari deskripsi militer, pesawat yang ditembak jatuh adalah jet tempur F/A-18 Super Hornet dua kursi yang ditugaskan ke skuadron "Red Rippers" dari Pangkalan Angkatan Laut Oceana di Virginia.
Belum jelas bagaimana USS Gettysburg bisa salah mengidentifikasi F/A-18 sebagai pesawat musuh atau rudal, terutama karena kapal-kapal dalam satu kelompok tempur terhubung melalui radar dan komunikasi radio.
Namun, Centcom menjelaskan bahwa kapal perang dan pesawat sebelumnya telah menembak jatuh beberapa drone Houthi dan rudal jelajah anti-kapal yang diluncurkan oleh pemberontak. Serangan mendadak dari Houthi ini sering memberikan waktu hanya beberapa detik bagi pelaut untuk mengambil keputusan.
Ketegangan di Laut Merah
Sejak kedatangan USS Harry S Truman di kawasan tersebut pada 15 Desember, AS telah meningkatkan serangan udaranya yang menargetkan Houthi dan tembakan misil mereka ke Laut Merah dan sekitarnya.
Kehadiran kelompok kapal perang AS ini diperkirakan dapat memicu serangan baru dari pemberontak, seperti yang dialami USS Dwight D Eisenhower sebelumnya, yang disebut Angkatan Laut sebagai operasi tempur paling intens sejak Perang Dunia II.
Sabtu malam dan Minggu dini hari, pesawat tempur AS melakukan serangan udara yang mengguncang Sana'a, ibu kota Yaman, yang dikuasai Houthi sejak 2014. Centcom menyebutkan serangan tersebut menargetkan "fasilitas penyimpanan rudal" dan "fasilitas komando dan kontrol". P
asukan Centcom juga menembak jatuh beberapa drone serangan satu arah Houthi serta sebuah rudal jelajah anti-kapal di atas Laut Merah.
Media yang dikelola Houthi melaporkan serangan di Sana'a dan sekitar kota pelabuhan Hodeida, tanpa memberikan informasi korban atau kerusakan. Di Sana'a, serangan tampaknya khusus menargetkan area pegunungan yang dikenal sebagai lokasi instalasi militer.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Minggu, juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengeklaim bahwa pasukan mereka berhasil "menggagalkan serangan Amerika-Inggris terhadap negara kami" dengan menggunakan delapan rudal jelajah dan 17 drone.
Saree juga menyatakan bahwa pasukan Houthi berhasil menembak jatuh jet tempur F/A-18 tersebut. "Ini adalah tanggapan terhadap agresi Amerika-Inggris terhadap negara kami," katanya.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Serangan Rudal Houthi Mendarat di Tel Aviv, 14 Orang Terluka
Next Article Arab Makin Membara, Inggris dan AS Serang Houthi di Yaman