Mewujudkan Kedaulatan Digital di Indonesia Lewat Kecerdasan Artifisial

1 day ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi dalam negeri. AI sebagai sistem berbasis mesin memang ditujukan untuk menghasilkan prediksi, konten, rekomendasi, atau Keputusan.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh Brookings Institution, investasi global pada AI dilaporkan mencapai US$ 60 miliar pada 2020 dan diproyeksikan meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2025. Adapun Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta menjadi pasar yang besar untuk industri teknologi baru, termasuk AI.

Dalam adopsi teknologi AI, Indonesia meluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) 2020-2045. Inisiatif ini menekankan lima prioritas nasional, yaitu layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan penelitian, ketahanan pangan, serta mobilitas dan kota cerdas.

Di sisi lain, untuk memfasilitasi koordinasi antara sektor publik dan swasta, pemerintah membentuk Organisasi Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) dan Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial (PIKA), untuk mendukung riset dan inovasi AI sesuai kebutuhan nasional.

Dukungan kedaulatan AI di Tanah Air juga datang dari sektor telekomunikasi. Salah satunya Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang berupaya membangun fondasi kedaulatan AI sebagai langkah dalam memperkuat daya saing negara di kancah global.

President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, , Vikram Sinha mengungkapkan pentingnya peran data dalam pengembangan AI dan menyebutnya sebagai sumber daya alam yang harus dijaga. Dia menekankan bahwa untuk mendorong Indonesia agar bisa bersaing secara global dalam bidang teknologi, AI harus dimanfaatkan sebagai alat untuk membuka potensi penuh masyarakat Indonesia.

"Kita perlu menjadikan teknologi sebagai akselerator yang dapat mendorong masyarakat kita untuk meraih potensi terbaiknya," ujar Vikram beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, dalam mendorong kedaulatan AI di Indonesia tidak mudah. Diperlukan kolaborasi kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat. Kolaborasi diperlukan untuk mendorong percepatan adopsi dan pengembangan AI di Indonesia.

"Akselerasi pengembangan AI membutuhkan kerja sama yang erat antara berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk mencapai tujuan ini," katanya.

Sebagai langkah awal, Indosat memulai pembangunan pusat kecerdasan buatan atau AI Experience Center di Solo, yang nantinya akan diperluas ke Jakarta. Melalui inisiatif ini, Indosat berharap dapat mendorong pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk bersatu dalam membangun ekosistem AI yang kuat dan berkelanjutan.

"Dengan membangun fondasi yang solid, Indonesia dapat menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan adopsi teknologi AI secara menyeluruh, yang nantinya akan membawa dampak positif yang luas," ujar Vikram.

Vikram Sinha menegaskan bahwa, pengembangan AI yang berkelanjutan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sektor telekomunikasi sekaligus menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan daya saing industri lokal, serta memberikan solusi-solusi inovatif yang bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

"Dampak positif ini diharapkan akan meluas hingga ke sektor-sektor lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan manufaktur, yang akan mendapatkan keuntungan dari penerapan AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas," pungkas dia.


(rah/rah)

Saksikan video di bawah ini:

Vdieo: RI Butuh Investasi Infrastruktur Digital USD10 Miliar Per Tahun

Next Article Video: Buka-bukaan Indosat Soal Aksi Stock Split

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|