Minyak Minggir! Arab Sebar Rp1.640 T ke "Harta Karun" Ini, Ada di RI

1 month ago 21

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi, kerajaan Teluk yang kekayaan dan kekuasaannya sangat bergantung pada cadangan minyak bumi, percaya bahwa "emas hitam" bukan lagi tantangan keamanan energi. Ini ditegaskan Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman, sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (16/1/2025).

Sebaliknya, katanya, pertempuran mendatang akan memperebutkan material yang sama sekali berbeda yang terkubur di bawah tanah. Ini adalah mineral penting, yakni logam tanah jarang (rare earth), yang kini jadi primadona "harta karun" dunia yang juga dimiliki RI.

"Minyak bukan lagi tantangan keamanan energi," katanya kepada peserta Forum Mineral Masa Depan tahunan di Riyadh.

"Saat ini beberapa negara ... memiliki 50% kepemilikan atas beberapa mineral yang dibutuhkan," lanjutnya.

"Dan mineral penting ini... Negara-negara berlomba-lomba untuk mengakses mineral penting dan mengamankan rantai pasokan mereka sendiri," jelasnya.

"Terburu-buru untuk mengamankan akses ke sumber daya pada akhirnya akan menyebabkan emisi yang lebih tinggi, biaya logam yang lebih tinggi, dan harga energi yang lebih tinggi."

Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Perlu diketahui setidaknya ada 17 unsur logam tanah jarang, Termasuk litium, kobalt, nikel, grafit, mangan, dan unsur tanah lainnya. Semuanya penting untuk membuat berbagai hal seperti kendaraan listrik, baterai, teknologi energi terbarukan, komputer, dan barang-barang rumah tangga.

Menurut laporan terbaru oleh Institut Kebijakan Publik Baker Universitas Rice, perlu diketahui China saat ini mengendalikan sekitar 60% produksi mineral dan bahan tanah jarang dunia. Hal itu membuat banyak negara, terutama di Barat, khawatir, karena sumber daya ini menjadi semakin penting bagi keamanan nasional dan stabilitas ekonomi.

Mineral kritis tersebut juga penting untuk teknologi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin, yang merupakan inti dari upaya banyak negara menuju transisi energi dari bahan bakar fosil. China memurnikan 95% mangan dunia- unsur kimia yang digunakan dalam baterai dan produksi baja- meskipun menambang kurang dari 10% dari pasokan globalnya.

Investasi Rp1.640 Triliun

Sementara itu, Arab Saudi juga mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan investasi pertambangan senilai US$100 miliar atau sekitar Rp Rp1.640 triliun dengan tujuan untuk menjadi pusat global untuk pertambangan dan ekstraksi serta pemrosesan mineral. Kerajaan tersebut berencana untuk secara signifikan memperluas eksplorasi litium di dalam perbatasannya sendiri, serta untuk mineral penting lainnya.

Meningkatkan sektor mineral dan berinvestasi dalam rantai pasokan domestik merupakan bagian dari misi Visi 2030 Arab Saudi. Program itu berguna untuk mendiversifikasi ekonominya dari minyak.

Secara rinci pengumuman diberikan Wakil Menteri Pertambangan Saudi Khalid al-Mudaifer. Sekitar US$20 miliar dari total US$ 100 sudah dalam tahap rekayasa akhir atau sedang dibangun.

Meskipun wakil menteri tidak memberikan rincian lebih lanjut, pejabat Saudi telah membahas rencana untuk memperluas eksplorasi litium negara tersebut secara signifikan, serta mineral penting lainnya dan unsur tanah jarang termasuk tembaga, emas, seng, fosfat, dan nikel. Pada awal tahun 2024, Kementerian Perindustrian dan Sumber Daya Mineral kerajaan meningkatkan estimasi nilai sumber daya mineral yang belum dieksploitasi dari US$1,3 triliun menjadi US$2,5 triliun, didorong oleh penemuan unsur dan logam yang disebutkan di atas.

Pada Forum Mineral Masa Depan pada Januari 2024, pemerintah Saudi juga menetapkan program insentif senilai US$182 juta untuk eksplorasi mineral. Raksasa minyak negara kerajaan, Aramco, pada Rabu juga mengumumkan usaha patungan dengan perusahaan tambang negara Saudi, Ma'aden, untuk mengeksplorasi dan memproduksi mineral transisi energi.

Ada di RI

Dalam catatan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), logam tanah jarang juga tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Di antaranya adalah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 19.917 ton.

Kemudian, di Provinsi Bangka Belitung, dengan jumlah logam tanah jarang berupa monasit sebanyak 186.663 ton, lalu senotim sebanyak 20.734 ton. Adapun di Kalimantan Barat terdapat sebanyak logam tanah jarang Laterit 219 ton dan Sulawesi Tengah logam tanah jarang Laterit 443 ton.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Diguyur Hujan 3 Hari, Banjir Melanda Arab Saudi

Next Article Video: Jokowi Bangga dengan Pencapaian Timnas Indonesia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|