Jakarta, CNBC Indonesia - Aliansi pertahanan Atlantik Utara, NATO, mengatakan akan segera mengerahkan fregat, pesawat patroli, dan pesawat nirawak Angkatan Laut di Laut Baltik. Hal ini terjadi saat aliansi itu menghadapi ketegangan dengan Rusia akibat serangan Moskow ke Ukraina.
Secara rinci, pengerahan ini masuk dalam operasi yang dijuluki Baltic Sentry. Ini dilakukan menyusul serangkaian insiden di mana kabel listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan pipa gas telah rusak setelah serangan Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan bahwa insiden perusakan kabel ini menunjukkan bahwa kapal yang menyebabkan kerusakan dapat ditangkap oleh penegak hukum.
"Potensi ancaman terhadap infrastruktur kami akan memiliki konsekuensi, termasuk kemungkinan naik ke kapal, penyitaan, dan penangkapan," kata figur yang juga mantan Perdana Menteri Belanda itu, dikutip Rabu (15/1/2025).
Polisi Finlandia bulan lalu menyita kapal tanker pembawa minyak Rusia setelah menduga kapal tersebut telah merusak saluran listrik Estlink 2 Finlandia-Estonia dan empat kabel telekomunikasi dengan menyeret jangkarnya melintasi dasar laut. Presiden Finlandia Alexander Stubb mengatakan kerusakan itu 'pasti' terkait dengan Rusia.
"Mereka terkait erat dalam artian bahwa kapal itu merupakan bagian dari armada bayangan Rusia. Dan kita tahu bahwa muatannya sangat Rusia. Kaitannya pasti ada," kata Stubb kepada Reuters, seraya menambahkan, bagaimanapun, bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan lebih lanjut tentang atribusi tersebut.
Senada, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan NATO sedang mempertimbangkan untuk menargetkan armada bayangan Rusia di wilayah Laut Baltik dengan sanksi untuk melindungi instalasi kritis bawah laut. Diketahui, Laut Baltik juga merupakan pintu masuk Rusia dari Atlantik, sehingga perairan itu banyak dilintasi kapal Moskow.
"Kami akan terus mengambil tindakan terhadap armada bayangan Rusia, termasuk dengan sanksi yang telah diperkenalkan dan sanksi lain yang mungkin menyusul, termasuk terhadap kapal dan perusahaan pelayaran tertentu yang juga menimbulkan ancaman terhadap lingkungan," ungkap Scholz kepada wartawan.
Presiden Latvia Edgars Rinkevics mengatakan sekitar 2.000 kapal menyeberangi Laut Baltik setiap hari. Ini membuat situasi sulit untuk memantau semuanya sehingga perlu adanya operasi tambahan.
"Mari kita hadapi kenyataan, kita tidak dapat menjamin perlindungan 100%, tetapi jika kita mengirimkan sinyal yang berani maka saya pikir insiden seperti itu akan berkurang atau bahkan berhenti," ungkapnya.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Respons Serangan Hari Natal Rusia ke Ukraina, Jet Tempur NATO Bergerak
Next Article Anggota Anyar NATO Kirim Paket Bantuan Rp 6,8 Triliun untuk Ukraina