Negara Kaya Ini Bakal Resesi di 2025, Ekonomi Melemah

3 months ago 38

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara kaya, Inggris, diramalkan akan menuju resesi pada 2025 mendatang. Ini diprediksi The Daily Telegraph, Jeremy Warner, dengan mengumpulkan sejumlah bukti pelemahan ekonomi di Negeri Big Ben.

Warner memaparkan bahwa resesi, meskipun relatif ringan, kini tampaknya cukup mungkin terjadi. Hal ini dapat dilihat dari pertama, yakni peningkatan belanja pemerintah bersifat backend (tak terlihat langsung ke warga), sehingga tidak akan berdampak langsung bagi perekonomian.

"Hal yang sama berlaku untuk rencana pembangunan perumahan pemerintah, yang jika benar-benar terjadi akan membutuhkan waktu untuk berjalan," pungkasnya, seraya menyebut perekonomian Inggris harus berjuang melawan pajak pemerintah terhadap bisnis dan paket hak pekerja yang ditingkatkan, dikutip Kamis (2/1/2024).

"Peningkatan Asuransi Nasional bagi pengusaha tidak akan terjadi hingga bulan April, tetapi perusahaan-perusahaan sudah mengambil tindakan mengelak. Perekrutan dipangkas, rencana investasi ditangguhkan, dan banyak perusahaan akan mencoba untuk menarik kembali kenaikan biaya melalui harga yang lebih tinggi," tambahnya.

Terkait inflasi, peningkatan harga itu kemungkinan akan terbukti lebih kuat dari yang diantisipasi. Ini didorong oleh penghargaan gaji sektor publik yang lebih tinggi, upah minimum yang meningkat, peningkatan Asuransi Nasional, dan ancaman perang tarif dari Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Hal ini pada gilirannya dapat menggagalkan rencana Bank of England untuk menurunkan suku bunga, meskipun prospek ekonomi melemah. Suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama akan terus menjadi agenda harian," ujarnya.

Warner menambahkan bahwa Federal Reserve AS mungkin akan kembali menaikkan suku bunga pada tahun depan. Ini disebabkan kebijakan Donald Trump yang bersifat inflasioner, seperti ancaman perang tarif hingga pemotongan pajak dan deportasi massal imigran.

"Suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menyiratkan dolar yang lebih kuat, pound yang lebih lemah, dan euro yang lebih lemah lagi, yang akan mencapai paritas terhadap dolar karena Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga untuk mendukung ekonomi zona euro yang sedang berjuang," ungkapnya.

Lebih lanjut, Warner mengungkapkan bahwa kemungkinan besar, Peter Mandelson, duta besar baru Inggris untuk Washington, dapat menegosiasikan pengecualian bagi Inggris dari rencana tarif universal Trump. Namun, Warner menyebut sangat tidak mungkin hal ini akan menghasilkan perjanjian perdagangan bebas yang lengkap.

"Menandatangani kesepakatan seperti itu akan menjadi pukulan telak bagi sektor pertanian Inggris yang sudah mendidih karena kemarahan atas serangan pajak warisan Partai Buruh terhadap pertanian keluarga," tuturnya.

"Inggris sudah menikmati hubungan perdagangan yang sangat baik dengan AS, dan tidak jelas apakah kewajiban kesepakatan yang sebagian besar ditentukan oleh kepentingan Amerika akan banyak memperbaiki keadaan," katanya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Negara Maju Tetangga RI Resmi Resesi, Ekonomi Merosot Tajam

Next Article Jangan Panik! AS Tak Akan Resesi, Ini Alasannya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|