Pasokan Melimpah, Harga Minyak Gak Banyak Gerak

1 month ago 19

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah terpantau cenderung mendatar pada perdagangan Jumat (13/12/2024), terpengaruh oleh perkiraan pasokan yang melimpah di pasar minyak tetapi didukung oleh meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Per pukul 09:50 WIB, harga acuan Brent turun tipis 0,03% ke posisi US$ 73,39 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,04% menjadi US$ 70,05 per barel.

Sementara pada perdagangan Kamis kemarin, harga minyak global ditutup melemah. Harga Brent ditutup turun 0,15% di posisi US$ 73,41 per barel, sedangkan WTI melemah 0,38% di US$ 70,02 per barel.

Badan Energi Internasional (IEA) membuat sedikit revisi ke atas terhadap prospek permintaannya untuk tahun depan tetapi masih memperkirakan pasar minyak akan tercukupi pasokannya.

Pada Rabu lalu, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaannya untuk tahun 2024 pada bulan kelima berturut-turut.

"Jika Anda melihat data aktual, IEA mengatakan bahwa kelebihan pasokan yang mereka prediksi akan terjadi saat ini juga," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, persediaan minyak global turun hingga 39,3 juta barel pada Oktober lalu karena rendahnya aktivitas kilang bertepatan dengan peningkatan permintaan minyak global.

Pasar juga mencerna data inflasi produsen AS yang justru lebih panas dari yang diperkirakan sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Produsen (IHP) Negeri Paman Sam pada November lalu tumbuh mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam bulan lalu tumbuh mencapai 0,4%, lebih tinggi dari Oktober lalu sebesar 0,3% dan juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.

Pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis Rabu lalu, di mana data IHK terbaru sudah sesuai dengan pasar.

Pada Rabu lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.

Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm).

Prediksi pasar akan pemangkasan suku bunga The Fed memang masih tinggi. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan pekan depan nyaris mencapai 94,7%, turun dari perdagangan Rabu kemarin yang mencapai 98,6%.

Namun, mereka mengindikasikan ekspektasi adanya jeda atau potensi ditahannya suku bunga pada Januari 2025, setelah beberapa pejabat The Fed minggu lalu mendesak kehati-hatian atas laju pelonggaran kebijakan moneter karena ekonomi tetap tangguh.

Di lain sisi, persediaan bensin dan sulingan di AS naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu, data IEA menunjukkan. Sedangkan permintaan minyak global naik pada tingkat yang lebih lambat dari yang diharapkan bulan ini tetapi tetap tangguh.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Gagal Reli Hingga Harga Emas & Minyak Anjlok

Next Article Permintaan Melemah, Harga Minyak Dunia Bergejolak

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|