Peneliti Temukan Inti Es Tertua Berusia 1,2 Juta Tahun di Antartika

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim peneliti internasional baru-baru ini berhasil menemukan inti es tertua setelah mengebor dataran Antartika sedalam 2,8 kilometer, Kamis (9/1). Es purba tersebut diduga berusia 1,2 juta tahun.

Melansir AP News, analisis es purba tersebut diharapkan dapat menunjukkan bagaimana atmosfer dan iklim Bumi telah berevolusi. Temuan ini sekaligus akan memberikan wawasan tentang bagaimana siklus Zaman Es telah berubah, dan dapat membantu ahli dalam memahami bagaimana karbon atmosfer mengubah iklim.

"Berkat inti es, kita akan memahami apa yang telah berubah dalam hal gas rumah kaca, bahan kimia, dan debu di atmosfer," kata Carlo Barbante, seorang ahli glasiologi Italia dan koordinator Beyond EPICA, proyek untuk mendapatkan inti es tersebut.

Tim yang sama sebelumnya mengebor inti es berusia sekitar 800.000 tahun. Pengeboran terakhir mencapai kedalaman 2,8 kilometer, dengan tim yang terdiri dari 16 ilmuwan dan personel pendukung yang mengebor setiap musim panas selama empat tahun dalam suhu rata-rata sekitar -35 Celsius.

Peneliti Italia, Federico Scoto termasuk di antara ahli glasiologi dan teknisi yang menyelesaikan pengeboran pada awal Januari di lokasi bernama Little Dome C, dekat Stasiun Penelitian Concordia.

"Itu adalah momen yang luar biasa bagi kami ketika kami mencapai batuan dasar. Analisis isotop menunjukkan usia es tersebut setidaknya 1,2 juta tahun," kata Scoto.

"Saat ini, kita melihat kadar karbon dioksida yang 50% lebih tinggi dari kadar tertinggi yang pernah kita alami selama 800.000 tahun terakhir," kata Barbante.

Uni Eropa mendanai Beyond EPICA (Proyek Eropa untuk Pengeboran Inti Es di Antartika) dengan dukungan dari negara-negara di seluruh benua. Italia mengoordinasikan proyek tersebut.

Richard Alley, seorang ilmuwan iklim di Penn State mengatakan, kemajuan dalam mempelajari inti es penting karena membantu para ahli lebih memahami kondisi iklim di masa lalu dan menginformasikan pemahaman mereka tentang kontribusi manusia terhadap perubahan iklim saat ini.

Alley menyebut bahwa mencapai lapisan dasar es memiliki harapan tambahan karena para ilmuwan dapat mempelajari lebih banyak tentang sejarah Bumi yang tidak terkait langsung dengan catatan es itu sendiri.

"Penemuan ini benar-benar luar biasa fantastis. Mereka akan mempelajari hal-hal yang luar biasa," kata Alley.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan COP 29 Baku Azerbaikan Dinilai Sebagai Yang Terburuk

Next Article Jokowi: Perubahan Iklim Sulit Diatasi Tanpa Investasi Negara Maju

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|