Perang Minggir Dulu, Rusia Panik Terancam 'Kiamat' Ini

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia dikabarkan telah mengambil langkah drastis dengan mengklasifikasikan data statistik demografi utama menyusul kejatuhan angka kelahiran nasional ke level terendah yang disebut belum pernah terjadi sejak akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.

Langkah ini menandai meningkatnya kekhawatiran internal Kremlin terhadap krisis demografi yang kian memburuk di tengah dampak jangka panjang perang Ukraina.

Alexey Raksha, seorang demografer terkemuka yang pernah bekerja di Layanan Statistik Negara Federal Rusia (Rosstat), mengatakan bahwa badan statistik tersebut baru-baru ini berhenti mempublikasikan data demografi secara rinci.

Dalam laporan bulanan yang dirilis pada 16 Mei lalu, Rosstat tidak mencantumkan angka kelahiran dan kematian untuk periode pelaporan terbaru, serta tidak menyertakan data bulanan mengenai pernikahan dan perceraian.

"Faktanya, sejak Maret 2025, hampir tidak ada lagi statistik demografi yang tersedia secara publik di Rusia," tulis Raksha di saluran Telegram-nya, dikutip dari Newsweek, Rabu (21/5/2025).

"Tingkat kepanikan demografis di dalam pemerintahan telah mencapai tingkat yang sangat parah."

Menurut Raksha, dari lima tabel demografi yang biasa diterbitkan Rosstat, hanya satu yang masih tersisa dalam laporan terbaru, dan itupun hanya mencantumkan total kumulatif angka kelahiran, kematian, pernikahan, dan perceraian sejak awal tahun.

Data awal yang dihimpun menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2025, jumlah kelahiran tercatat antara 293.000 hingga 294.000, turun 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan tertinggi tercatat pada Februari sebesar 6%-7%, dan berlanjut pada Maret dengan penurunan 3%-4%.

Raksha menyebut Maret 2025 kemungkinan mencatat jumlah kelahiran terendah di wilayah yang kini menjadi Federasi Rusia sejak akhir 1700-an hingga awal 1800-an.

Meski rata-rata jumlah anak per perempuan tidak mengalami penurunan signifikan-hanya turun dari 1,432 menjadi 1,431-namun tren jangka panjang menunjukkan penurunan populasi yang mengkhawatirkan.

Proyeksi saat ini memperkirakan populasi Rusia akan turun menjadi sekitar 132 juta dalam 2 dekade ke depan. Dalam skenario terburuk menurut PBB, populasi Rusia bahkan bisa menyusut hampir setengahnya menjadi hanya 83 juta pada awal abad berikutnya.

Kondisi ini diperburuk oleh konflik berkepanjangan di Ukraina yang tidak hanya memicu tingginya korban jiwa, tetapi juga gelombang pelarian pria usia produktif ke luar negeri untuk menghindari wajib militer. Situasi ini berdampak langsung pada penurunan angka pernikahan dan kelahiran di dalam negeri.

Sebagai respons terhadap krisis ini, pemerintah Rusia telah memperketat akses terhadap aborsi dan alat kontrasepsi. Bahkan, beberapa insentif telah ditawarkan untuk mendorong angka kelahiran, termasuk pembayaran tunai bagi perempuan hamil.

Pada 2023, anggota parlemen Valery Seleznev sempat mengusulkan pembebasan perempuan yang dipenjara atas pelanggaran ringan agar mereka dapat melahirkan anak.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga menyoroti seriusnya situasi ini dalam pernyataannya tahun lalu.

"Kami hidup di negara terbesar di dunia. Namun jumlah kami terus menurun setiap tahunnya. Satu-satunya cara mengatasi ini adalah dengan meningkatkan angka kelahiran rata-rata," katanya.

Ia bahkan menyebut krisis demografi sebagai salah satu "prioritas utama" nasional dan menggambarkannya sebagai situasi yang "katastrofik."

Selain merahasiakan data populasi, Rusia juga berencana menindak penyebaran ideologi childfree yang dianggap merugikan proyek revitalisasi demografi negara.

Pada 1 September mendatang, lembaga pengawas komunikasi Rusia, Roskomnadzor, akan mulai menerapkan peraturan baru yang memungkinkan pemblokiran konten media yang mempromosikan gaya hidup tanpa anak.

Sejumlah media dan karya fiksi populer seperti Game of Thrones, Sex and the City, hingga Harry Potter disebut berpotensi terdampak.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Putin Setuju Gencatan Senjata Dengan Ukraina Selama 3 Hari

Next Article Terbukti! Warga China Makin Malas Kawin, Negara di Ambang Krisis

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|