Jakarta, CNBC Indonesia - Selama periode waktu tertentu, terdapat fakta bahwa perempuan menginvestasikan 90% pendapatannya ke rumah tangga mereka. Hal ini berbeda dengan laki-laki yang hanya menyisihkan 35% pendapatannya untuk rumah tangga.
Melihat fakta tersebut, Head of Regional Client Services at Women's World Banking, Harsha Rodrigues menilai perempuan punya andil besar terhadap perekonomian, minimal di lingkup keluarga atau rumah tangga. Artinya, ketika perempuan berpartisipasi dalam perekonomian seperti halnya laki-laki, hal ini berpotensi menambah sekitar US$ 28 triliun dalam produk domestik bruto (PDB) global.
"Jadi agar perempuan di negara mana pun dapat mencapai potensinya sepenuhnya, maka penting bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam perekonomian agar negara tersebut dapat tumbuh," ungkap dia dalam acara BRI Microfinance Outlook 2025 di International Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kamis (30/1/2025).
Melihat hal itu lanjut Harsha, komposisi tenaga kerja perempuan sudah seharusnya ditingkatkan. Saat ini, Indonesia masih mengalami kesenjangan gender dalam aspek partisipasi angkatan kerja. Dia menyambut positif terkait langkah Pemerintah Indonesia yang memiliki target untuk meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan dari 55% menjadi 65%.
"Dan untuk melakukan itu, ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan terkait UMKM perempuan. Mencapai kesetaraan gender dalam partisipasi angkatan kerja adalah hal yang akan menghasilkan manfaat ekonomi yang substansial bagi perempuan dan perekonomian Indonesia," jelasnya.
Diperkirakan jika Indonesia dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan agar setara dengan negara-negara Asia Timur lainnya, maka ekonomi negara ini dapat tumbuh dengan tambahan sebesar USD 62 miliar.
Peran perempuan juga cukup signifikan dalam perkembangan UMKM. Harsha mengatakan, terdapat sekitar 65 juta UMKM yang eksis di Indonesia dan telah menyerap jutaan tenaga kerja. Para pekerja yang tergabung dalam UMKM pun bisa berkontribusi sekitar 61% dari PDB Indonesia.
Yang menarik adalah 55% UMKM Indonesia mempekerjakan lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki. Artinya, ada keuntungan tersendiri bagi para pelaku UMKM yang berinvestasi dengan mempekerjakan kaum perempuan.
Meski demikian, Harsha melihat tantangan sektor UMKM cukup berat terlepas dari potensi pertumbuhannya yang cukup cerah. Hal ini tidak hanya berlaku di Indonesia, melainkan juga seluruh dunia.
"Ini adalah sesuatu yang kita lihat secara global dan tantangannya karena mereka (UMKM) berstatus informal. Mereka tidak memiliki data, tidak ada agunan, serta tidak ada informasi untuk menilai risiko agar bank dapat meminjamkan dana kepada mereka. Dan di sini di Indonesia, hanya 16% UMKM yang memiliki pinjaman formal," tandasnya.
(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Komitmen BRI Majukan UMKM, Sebar Kredit Rp1.106 Triliun
Next Article BRI Microfinance Outlook 2025 Siap Hadirkan Narasumber Terkemuka Dunia