Abu Dhabi, CNBC Indonesia - CEO Philip Morris International (PMI) Jacek Olczak menegaskan dirinya sangat setuju apabila seluruh orang di dunia berhenti merokok.
Pandangan progresif tersebut juga disampaikan oleh Vice President International Communications and Engagement PMI Tommaso Di Giovanni yang mendukung transformasi dunia bebas asap.
Meski produk rokok konvensional yang dibakar masih menjadi sumber cuan utama, PMI menegaskan posisinya terkait perkembangan industri rokok.
Pemegang merk dagang Marlboro, rokok terlaris di dunia, memiliki pesan kesehatan masyarakat yang mendorong masyarakat untuk berhenti merokok, dan memberikan alternatif bebas rokok bagi mereka yang tidak bisa atau tidak ingin berhenti merokok.
"Jika Anda tidak merokok jangan mulai / If you don't smoke, don't start.
Jika Anda merokok, berhentilah / If you smoke, quit.
Jika Anda tidak berhenti, berubahlah / If you don't quit, change," terang Tomasso dalam acara Technovation 2024.
Foto: Feri Sandria
Technovation 2024 Abu Dhabi
Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), saat ini terdapat 1,3 miliar perokok di dunia, dengan 80% nya berada di negara dengan pendapatan rendah dan menengah (low and middle-income countries/LMIC).
Data WHO juga menyebutkan jutaan perokok meninggal setiap tahunnya dan demi mengatasi permasalahan tersebut negara-negara Anggota WHO mengadopsi Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau (WHO FCTC) pada tahun 2003. Saat ini terdapat 182 negara yang menjadi Pihak dalam perjanjian ini.
Akan tetapi, setelah 21 tahun konvensi tersebut diadopsi, jumlah perokok di dunia masih terus bertambah. Hal tersebut menjadi perhatian khusus Jacek Olczak.
Jacek menilai jika memperhitungkan pertumbuhan populasi dan pertumbuhan ekonomi dunia (PDB), dirinya sangat yakin pasti akan ada lebih banyak perokok di masa depan dibandingkan saat ini.
Jumlah perokok di seluruh dunia diketahui meningkat dari 721 juta pada tahun 1980 menjadi 967 juta pada tahun 2012 dan terbaru mencapai 1,3 miliar orang pada 2023 karena peningkatan jumlah populasi dunia.
Jacek menilai kemanjuran dari konvensi tembakau internasional masih belum efektif, sehingga pihaknya memperkenalkan teknologi produk tembakau yang dipanaskan atau Heated Tobacco Product (HTP), untuk mengurangi jumlah perokok dunia.
"Kita akan melakukan semua ini karena kebijakan yang seharusnya mengurangi atau menghilangkan kebiasaan merokok selama 20 tahun terakhir, pada dasarnya telah kehabisan kemampuan untuk mengubah arah," terang Jacek.
Bos PMI tersebut mencontohkan negara-negara yang memperkenalkan kemasan baru atau menerapkan pembatasan pemasaran atau pasar yang menerapkan tarif cukai ekstrim yang mengakibatkan harga sangat tinggi, serta segala kampanye anti-merokok terbukti masih belum optimal.
"Di banyak tempat hasil akhirnya adalah jumlah perokok lebih banyak dibandingkan sebelumnya," ungkap Jacek.
Jacek secara gamblang menegaskan dirinya "sangat setuju" bahwa idealnya manusia tidak merokok. Dirinya juga tegas mengugkapkan risiko menggunakan rokok atau mengonsumsi nikotin yang ada di dalam rokok tetap lebih besar daripada potensi manfaat yang dapat dihasilkan nikotin.
Akan tetapi dirinya juga menyadari kondisi ideal tersebut akan sangat mustahil untuk terwujud, dan orang-orang akan terus merokok dan mengkonsumsi nikotin.
Atas hal tersebut, dirinya mengungkapkan PMI menawarkan produk dengan teknologi baru yang diklaim dapat menurunkan risiko buruk dari rokok secara signifikan. Produk tersebut bernama IQOS yang tidak dihasilkan melalui proses pembakaran, melainkan pemanasan tembakau.
Dirinya mengklaim produk tersebut dapat mengurangi 90-95% zat berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran rokok konvensional.
Jacek mengungkapkan PMI mengerahkan 1.500 peneliti dan berinvestasi US$ 1,2 miliar (Rp 19,2 triliun) hingga US$ 1,5 miliar (Rp 24 triliun) setiap tahun untuk melakukan riset dan pengembangan produk bebas asap yang mampu menjembatani perokok untuk memperoleh alternatif yang lebih baik.
Meski demikian, Jacek menyayangkan masih terdapat sejumlah negara yang membatasi produk ini dan pada akhirnya, menurut pandangan Jacek membatasi pilihan konsumen pada produk tembakau dengan profil tingkat risiko lebih rendah dari rokok konvensional.
India, Turki, dan banyak pasar lain seperti Vietnam, disebut Jacek masih membatasi produk tersebut, dengan IQOS masih tidak diperbolehkan di negara tersebut. Sementara Indonesia, seluruh produk bebas asap milik PMI dapat diperoleh dan dipasarkan oleh unit usaha miliknya, HM Sampoerna (HMSP).
"Satu miliar perokok yang seharusnya mempunyai hak atas informasi dan produk itu sendiri. Menghilangkan akses orang-orang terhadap produk ini, padahal semua orang tahu bahwa produk tersebut ada, namun tetap mengizinkan penjualan rokok, merupakan tindakan yang hampir tidak bermoral," tutur Jacek.
Meski masih memperoleh tantangan dari regulator di sejumlah negara, IQOS saat ini menjadi salah satu produk bisnis sumber cuan utama PMI.
PMI menyebut IQOS menjadi produk terbaik bagi perokok untuk berhenti merokok yang menyebut tingkat konversi mencapai 70% yang berarti 7 dari 10 orang yang mencoba produk tersebut terbukti berhenti merokok.
IQOS sendiri pertama kali diperkenalkan 10 tahun lalu, tepatnya pada tahun 2014 yang kala itu diluncurkan secara terbatas di Milan, Italia dan Nagoya, Jepang.
Saat ini IQOS telah hadir di 92 negara, termasuk Indonesia, dan setelah berinvestasi US$ 12,5 miliar, jumlah penggunanya telah menembus angka 30,8 juta.
Jacek menyebutkan, di Jepang, lebih dari 50% volume produk tembakau dan nikotin kini menggunakan produk bebas asap, dengan sekitar 70% perokok di Jepang telah mengenal dan mencoba produk tersebut. Sementara di Swedia, Jacek menyebut selama 20 hingga 30 tahun terakhir, tingkat perokok turun menjadi 5% dan pindah ke produk tembakau tanpa pembakaran bernama snus atau kantong tembakau (nicotine pouch).
Foto: PMI
Produk Bebas Asap PMI
Sementara itu, pendapatan bersih IQOS tahun 2023 mencapai US$ 10 miliar dan untuk pertama kalinya sejak diluncurkan melampaui pendapatan bersih dari Marlboro pada kuartal ketiga tahun lalu.
Lebih lanjut, produk bebas asap rokok milik PMI, termasuk IQOS, menyumbang 38% dari total pendapatan bersih perusahaan pada Q3 tahun 2024, naik dari 0% pada tahun 2014.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Cukai Rokok Batal Naik, Simak Pergerakan Saham Emitennya!
Next Article Dari Rumah Bedeng Bawah Jembatan, Sosok Ini Sukses Jadi Raja Rokok RI