PLN Ungkap Jurus Antar 75 GW Listrik Energi Hijau ke Pusat Permintaan

2 months ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 100 Giga Watt (GW) hingga 2040 mendatang. Dari jumlah tambahan kapasitas tersebut, sekitar 75% atau 75 GW ditargetkan berasal dari energi terbarukan, seperti air, panas bumi, surya, maupun angin.

Di sisi lain, lokasi sumber energi terbarukan biasanya jauh dari lokasi sumber permintaan listrik. Nah, bagaimana cara PT PLN (Persero) mengatasi isu ini?

Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi mengatakan, PLN akan mengatasi isu ini melalui pembangunan proyek transmisi listrik sepanjang 70.000 kilo meter (km) sirkuit.

Dia menyebut, pembangunan jaringan transmisi listrik ini termasuk proyek super grid yang akan mengantarkan listrik antarpulau, dari Sumatera ke Jawa atau Kalimantan ke Jawa.

"Seperti kita ketahui bahwa sumber-sumber hidro dan geothermal itu hampir seluruhnya agak remote dari sumber demand, sehingga ini perlu dibangun adanya transmission line yang kita hitung tadi sampai sekitar 70 ribu kilo meter circuit sampai dengan tahun 2040. Nah tentunya ini juga termasuk adanya super grid yang kita akan gabungkan antara pulau dari Jawa, Sumatera, kemudian Kalimantan juga ke Jawa," bebernya saat diwawancarai CNBC Indonesia di sela acara COP29 di Baku, Azerbaijan, dikutip Jumat (22/11/2024).

"Di mana sampai dengan tahun sekitar 2035 sumber renewables yang ada di Jawa itu sudah ter-utilize seluruhnya, sehingga perlu kita menggunakan resources yang ada di Sumatera, di Kalimantan dan mungkin sampai dengan Nusa Tenggara untuk bisa mengoneksi sumber-sumber energi hidro dan juga geothermal tadi untuk menyuplai kebutuhan energi yang ada di Jawa," ujarnya.

Dia mengatakan, tanpa pembangunan transmisi listrik, maka tambahan pembangkit 75 GW dari energi terbarukan diperkirakan tidak akan tersalurkan ke pusat permintaan listriknya.

"Makanya ada satu adagium ya, there is no transition without the transmission," imbuhnya.

Namun demikian, dia mengakui ada tantangan untuk menggarap proyek jaringan transmisi listrik ini. Dia menyebut, tantangan pertama yaitu terkait isu pendanaan. Seperti diketahui, untuk menambah 100 GW listrik baru hingga 2040 dibutuhkan dana hingga US$ 235 miliar. Adapun dana untuk proyek transmisi listrik diperkirakan sebesar US$ 30 miliar atau sekitar Rp 476 triliun (asumsi kurs Rp 15.888 per US$).

"Tentunya ini membutuhkan sumber-sumber pendanaan dan ini tentunya membutuhkan juga supporting dari khususnya dunia internasional bagaimana ini bisa didanai, itu yang pertama," ucapnya.

Tantangan kedua, lanjutnya, bagaimana bisa mempercepat pembangunan transmisi listrik. Pasalnya, untuk membangun jaringan transmisi listrik ini akan melewati sejumlah titik hingga sepanjang 70.000 km. Artinya, dibutuhkan upaya lebih keras lagi untuk proses pembebasan lahan yang kerap menghadapi kendala.

"Bagaimana kita mendapatkan perizinan, bagaimana kita perlu bernegosiasi dengan pemilik lahan. Dan ini menjadi satu tantangan tersendiri untuk meng-in line-kan beroperasinya pembangkit dan beroperasinya transmisi secara bersamaan. Itu tantangannya dan ini tentunya butuh juga bantuan regulasi seperti apa ini bisa," tuturnya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: COP 29, Indonesia Sukses Pikat Pendanaan Hijau 1,2 Miliar Euro

Next Article PLN Sukses Kerek Penjualan Listrik Semester I 2024, Tumbuh 7,54%

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|