PMI Manufaktur Ekspansif Lagi Usai 5 Bulan Jeblok, Ini Kata Kemenperin

2 days ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri manufaktur Indonesia menunjukkan tren positif menjelang akhir tahun 2024. Berdasarkan data S&P Global, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2024 mencapai 51,2, menandakan fase ekspansif. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level kontraksi, yaitu 49,6.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif menyambut baik capaian ini. "Alhamdulillah, industri manufaktur kita kembali rebound setelah lima bulan berturut-turut mengalami kontraksi sejak Juli 2024," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (2/1/2025).

Ia juga menyebut hasil ini sejalan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis Kementerian Perindustrian. IKI Desember 2024 tercatat sebesar 52,93, menunjukkan optimisme pelaku industri dalam mempertahankan produktivitas.

Febri menjelaskan, meskipun kondisi politik dan ekonomi global masih penuh tantangan, sektor manufaktur Indonesia tetap tangguh. Kenaikan PMI dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti peningkatan volume produksi dan pesanan baru dari pelaku industri.

PT PANAMTEX, perusahaan textile di Pekalongan yang berdiri sejak tahun 1994 memproduksi sarung tenun. (Instagram @sarung.binsaleh)Foto: PT PANAMTEX, perusahaan textile di Pekalongan yang berdiri sejak tahun 1994 memproduksi sarung tenun. (Instagram @sarung.binsaleh)
PT PANAMTEX, perusahaan textile di Pekalongan yang berdiri sejak tahun 1994 memproduksi sarung tenun. (Instagram @sarung.binsaleh)

Di samping itu, banyak pedagang yang membeli barang lebih pada bulan Desember karena masih berlaku tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11%, sehingga membuat permintaan pada akhir tahun agak besar.

"Mereka menyimpan stok hingga Januari dan akan dijual dengan tarif PPN 12%. Jadi, mereka ada untung kurang lebih 1%," terangnya.

Selain terbukti mampu berdaya saing, lanjut Febri, industri manufaktur di Indonesia juga membuktikan strukturnya cukup baik sehingga produktivitas bisa berjalan lancar dari hulu sampai hilir.

"Tanpa dukungan regulasi yang tepat saja, industri kita sudah bisa ekspansif. Apalagi kalau didukung regulasi yang tepat, seperti pengendalian barang-barang impor, tentunya manufaktur kita akan meroket tinggi," imbuhnya.

PMI manufaktur Indonesia pada Desember 2024 mampu melampui PMI manufaktur RRT (50,5), Jerman (42,5), Rusia (50,8), Inggris (47,3), Amerika Serikat (48,3), Jepang (49,5), Korea Selatan (49,0), Vietnam (49,8), Malaysia (48,6), dan Myanmar (50,4). PMI manufaktur di negara-negara kuat masih banyak yang mengalami kontraksi.

Paul Smith selaku Economics Director S&P Global Market Intelligence mengatakan, perekonomian manufaktur Indonesia berakhir pada tahun 2024 dengan catatan positif. Ekspansi untuk pertama kali sejak pertengahan tahun ini menunjukkan bahwa penjualan dan output mengalami kenaikan.

"Terlebih lagi, besar harapan bahwa tren positif ini akan berlanjut," ujarnya.

Menurut Paul, banyak perusahaan berharap kenaikan produksi pada tahun mendatang karena kondisi makro ekonomi stabil dan kekuatan membeli di antara klien membaik. "Sehingga lapangan kerja dan aktivitas pembelian naik," pungkasnya.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pemerintah Tegaskan Barang Tak Lolos SNI Dilarang Beredar

Next Article Misteri Pemilik 26.415 Kontainer, Kemenperin Cecar Bea Cukai

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|