Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) bakal semakin menekan daya beli masyarakat, yang kian merosot dan telah menjadi isu sepanjang tahun ini.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan dari sisi konsumen, kenaikan PPN bakal meningkatkan harga barang dan jasa, lantas menekan daya beli masyarakat. Ini kemudian bisa mengurangi permintaan kredit konsumer.
"Hal ini berpotensi mengurangi permintaan kredit konsumer, seperti KPR (Kredit Pemilikan Rumah), KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), atau pinjaman lainnya," ujar Efdinal saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2024).
Sementara itu Executive Vice President Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), Welly Yandoko menilai kenaikan PPN bakal jadi tantangan khususnya bagi penjualan property primary di tahun 2025.
"Tantangan ini diperkirakan terjadi dari 2 sisi, di sisi developer akan adanya kenaikan harga property karena bahan bangunan, di sisi lain kondisi ekonomi dalam ketidakpastian, yang tentunya berdampak pada daya beli masyarakat," tuturnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2024).
Meskipun begitu, bank swasta terbesar RI itu optimis bahwa akan masih bisa bertumbuh dengan baik. Tentunya, kata Welly, dengan strategi kolaborasi antara BCA dan semua channel penjualan, baik dari kantor cabang BCA, para pengembang, sekaligus juga broker property.
"Kami juga akan terus mengadakan event seperti expo dan program bunga yang menarik. Tentunya kami juga akan masuk ke semua segmen, mulai dari HNWI (High Networth Individual) hingga mass market, baik untuk pembelian rumah primary, secondary, maupun pembiayaan refinancing, sehingga seluruh kebutuhan financial nasabah dapat terpenuhi," ujarnya.
Bank pelat merah yang fokus pada perumahan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) tetap mengharapkan permintaan KPR tetap meningkat, Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan itu karena adanya kompensasi berupa insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti yang diperpanjang hingga akhir 2025.
"Dengan adanya insentif tersebut, pemerintah memberikan diskon PPN 100% pada Januari hingga Juni 2025 dan 50% pada Juli hingga Desember 2025. Selain itu, rumah telah menjadi kebutuhan bagi banyak orang, sehingga terkadang pembelian rumah tidak dapat ditunda," ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (20/12/2024).
Ramon menambahkan, berdasarkan penelitian BTN, terdapat sekitar satu juta pasangan baru di Indonesia per tahunnya yang membutuhkan rumah.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim menyiasati dampak kenaikan PPN dengan mengalihkan fokus ke segmen-segmen lain, guna menghindari kualitas kredit memburuk.
Seperti, penyaluran kredit produktif kepada sektor-sektor terdampak program pemerintah seperti makan bergizi gratis, dengan pemberian kredit jangka pendek. Selanjutnya, melakukan ekspansi kredit di sektor konsumtif lebih besar, utamanya kredit multiguna.
Sebab, Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman mengakui kebijakan tersebut memiliki beberapa dampak terhadap kredit bank.
"Beberapa dampak potensial yang terjadi yaitu adanya penurunan daya beli nasabah yang akan mengakibatkan peningkatan risiko kredit bermasalah," ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (20/12/2024).
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Cegah Efek PPN 12%, Binsis Kartu Kredit Siapkan Strategi Ini!
Next Article Tahun Depan PPN Jadi 12%, Ini Dampaknya Kata Bankir Syariah