Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia melakukan serangan bom berpemandu di kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan. Akibatnya, menurut sejumlah pejabat, sebanyak 13 warga sipil tewas dan sekitar 30 orang lainnya luka-luka.
Rekaman grafis yang diunggah di laman Telegram Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menunjukkan warga sipil berlumuran darah. Mereka tergeletak di jalan-jalan kota.
"Tidak ada yang lebih brutal daripada pemboman udara di sebuah kota, meskipun warga sipil biasa akan menderita," tulis Zelensky di X, Rabu waktu setempat, dikutip Kamis (9/1/2024).
Kantor Kejaksaan Agung Ukraina di Telegram juga menyebut blok-blok perumahan bertingkat tinggi, fasilitas industri, dan infrastruktur lainnya rusak dalam serangan itu. Puing-puing menghantam trem dan bus dengan penumpang di dalamnya, tambahnya.
Foto: Tentara Rusia Bom Zaporizhzhia, 13 Orang Tewas. Tentara Rusia menyerang Zaporizhzhia dengan dua serangan udara menggunakan bom berpemandu pada Rabu (8/1/2025) pukul 16.00 waktu setempat. (Zaporizhzhia regional military administration via AP)
Gubernur Daerah Ivan Fedorov mengatakan pasukan Rusia meluncurkan bom berpemandu di daerah permukiman di kota itu pada tengah hari. Sedikitnya dua bangunan permukiman terkena serangan itu.
Moskow sering melancarkan serangan udara terhadap infrastruktur sipil selama hampir tiga tahun perangnya di Ukraina. Pihaknya secara konsisten membantah telah menargetkan warga sipil.
Laporan Al Jazeera mengatakan bahwa serangan ditujukan pada apa yang digambarkan sebagai 'lokasi industri'. Laman Qatar itu menulis bagaimana pemandangan kehancuran terlihat di luar pabrik dan gedung apartemen bertingkat di seberangnya.
"Selain trem dan minibus yang lewat, yang seharusnya membawa penumpang," kata laporan tersebut.
Marina Miron, analis militer di King's College London, mengatakan bahwa pabrik itu telah menjadi sasaran pada bulan November. Rusia megklaim Ukraina menggunakannya untuk merakit pesawat tanpa awak.
"Namun, karena kematian warga sipil, ada kemungkinan sistem navigasi Rusia diganggu," kata Miron.
Serangan itu terjadi saat Rusia dan Ukraina berusaha menunjukkan kekuatan mereka sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari. Sebelumnya pada hari itu, militer Ukraina mengatakan telah menyerang depot penyimpanan bahan bakar di dalam Rusia, yang menyebabkan kebakaran besar di fasilitas yang memasok rudal ke pangkalan udara Rusia.
Staf Umum Ukraina mengatakan bahwa serangan itu menghantam fasilitas penyimpanan di dekat Engels, di wilayah Saratov Rusia, sekitar 600 km (373 mil) di timur perbatasan Ukraina. Karena Ukraina menghadapi pembatasan tertentu dalam penggunaan rudal yang dipasok Barat, Kyiv telah mengembangkan persenjataan jarak jauhnya sendiri yang mampu mencapai target di belakang garis depannya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Putin 'Menggila' Gempur Ukraina, Rebut Wilayah Donetsk
Next Article Putin Ngamuk, 'Hujan' Rudal & Drone Hantam Ukraina