RI Bakal Tambah 70 Giga Watt Listrik, Investasinya Tembus Rp1.100 T

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik mencapai 70 Gigawatt (GW), dengan porsi 60% pembangkit yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT).

Adapun, target tersebut akan tertuang di dalam revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2025-2034.

Menurut dia, apabila mengacu pada draft RUPTL ini, kebutuhan investasi untuk mendanai proyek EBT ditaksir Rp 1.100 triliun. Dengan rincian, investasi interkoneksi jaringan listrik sebesar Rp 400 triliun dan pembangkit sekitar Rp 600-700 triliun.

"Kalau untuk jaringannya sendiri, itu butuh kurang lebih sekitar Rp 400 triliun lebih ya. Kalau untuk power plant-nya, itu sekitar Rp 600-700 triliun," ujar Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (15/1/2025).

Bahlil menilai untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, maka dibutuhkan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang cukup besar.

"Jadi, ada target maksimal, ada target menengah, ada target paling rendah. Artinya pengadaan power plant itu tergantung dari kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi. Jadi kita sesuaikan, dan kita sudah menyiapkan sampai dengan target 8%," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM memprediksi beberapa wilayah di Indonesia dalam 2 tahun ke depan akan mengalami kekurangan pasokan listrik. Hal tersebut menyusul dengan ekonomi yang mulai bertumbuh.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan setelah pandemi Covid usai, permintaan akan pasokan listrik di beberapa wilayah mulai menggeliat. Misalnya di wilayah Sulawesi dan Kalimantan.

"Kita rasakan setelah covid, industri mulai bergerak, pemakaian listrik tumbuh. Bahkan kita prediksi 2 tahun lagi Sulawesi sebagian Kalimantan defisit listrik," kata Eniya dalam acara Green Economic Forum 2024, Rabu (29/5/2024).

Sementara itu, untuk wilayah Jawa-Bali dalam tiga tahun ke depan sudah menunjukkan lampu kuning. Ini dapat terlihat dari aktivitas industri yang mulai tumbuh dan membuat pemakaian listrik terkerek naik.

"Terlihat pertumbuhan industri naik, dan konsumsi listrik kita kebanyakan dipakai untuk konsumtif, hanya isi daya HP, ini mulai shifting untuk produksi. Jadi dia buat industri manufaktur misalnya katering, bukan menggunakan gas tapi listrik," kata dia.


(ven/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video : Kabar Penerima Gas Murah Mau Dikurangi, Ini Kata Kemenperin

Next Article Kementerian ESDM Siapkan Pasokan Listrik Bersih Buat Smelter

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|