Jakarta CNBC Indonesia - Komisi XII DPR RI mendorong percepatan pengembangan Baterry Energy Storage System alias Sistem Penyimpanan Energi Baterai di dalam negeri. Hal ini dilakukan untuk mendukung target peningkatan kapasitas listrik nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, sebesar 103 Giga Watt (GW) dalam 15 tahun mendatang.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengatakan bahwa dari tambahan kapasitas yang direncanakan sebesar 103 GW, sekitar 75% akan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Karena itu, peran BEES cukup penting sebagai teknologi penyimpanan energi untuk sejumlah pembangkit EBT.
Misalnya saja, untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Wind Power) yang bersifat intermittent atau tidak selalu ada ketika dibutuhkan.
"Kalau kita ada 75% atau 75 GW kurang lebih renewable energy maka kita juga memerlukan apa yang disebutkan BESS atau BESS Battery Energy Storage System," kata Sugeng dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (15/1/2025).
Di sisi lain, Sugeng mengatakan bahwa beberapa bahan baku untuk memproduksi BEES telah tersedia di dalam negeri seperti nikel, kobalt dan tembaga. Sehingga, ia meminta agar peran dari Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi tidak hanya berorienteasi pada perspektif hilirisasi yang dilakukan sekarang ini, namun lebih kepada industrialisasi.
"Maka ajaklah industri-industri baterai misalnya untuk memproduksi baterai di Indonesia. Indonesia waktu itu kita dorong ada namanya Indonesian Battery Corporation atau IBC. Itu mati tak mau hidup pun Lesu. Padahal itu adalah institusi yang strategis untuk mendorong hilirisasi dalam konteks yang sebenar-benarnya adalah industrialisasi," kata dia.
RUPTL
Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani pada Selasa (14/1/2025) kemarin mengadakan rapat koordinasi tingkat menteri berkenaan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru 2025-2034. Kelak, dalam RUPTL itu, kapasitas listrik nasional bertambah sebesar 71 Giga Watt (GW).
Sri Mulyani mengatakan, RUPTL ini merupakan perencanaan strategis untuk memastikan ketersediaan tenaga listrik agar dapat mendukung kebutuhan listrik nasional. Dalam RUPTL dibahas berbagai aspek seperti skema pemenuhan listrik, peningkatan kualitas, keandalan pasokan, serta pengembangan energi terbarukan.
"Berdasarkan RUPTL terbaru, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas tenaga listrik sebesar 71 GW dengan 70% nya berupa Energi Baru Terbarukan (renewable energy)," ungkap Sri Mulyani dalam akun resmi instagramnya @smindrawati, Rabu (15/1/2025).
Adapun energi terbarukan yang dimaksud Sri Mulyani diantaranya adalag Tenaga Surya, Tenaga Air, Angin hingga Panas Bumi.
Sri Mulyani menambahkan, pengembangan energi terbarukan merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah untuk memastikan transisi energi yang lebih ramah lingkungan.
"Energi terbarukan memiliki karakteristik yang unik karena seringkali sumber energinya berada cukup jauh dari demand center seperti kawasan industri atau kota besar. Sehingga, bagaimana mentransmisikan energi listrik hijau ini juga membutuhkan perencanaan yang sangat matang," tegas Sri Mulyani.
Di samping itu, Menteri BUMN Erick Thohir juga menegaskan, bahwa peningkatan kapasitas listrik sebesar 71 GW dengan 70% energi terbaruk merupakan komitmen pemerintah untuk memastikan transisi energi lebih ramah lingkungan, baru dan terbarukan.
"Untuk generasi yang akan datang," tegas Erick Thohir, dikutip Rabu (15/1/2025)
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Diskon Listrik 50% Jadi Momentum Perkuat Daya Beli
Next Article Bahlil Sebut 10 Tahun Lagi 60% Sumber Listrik RI dari Energi Hijau