Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kelapa bulat di pasaran mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengakui bahwa salah satu pemicu utama kenaikan ini adalah tingginya permintaan ekspor.
"Kelapa ini kan banyak permintaan ekspor juga ya. Banyak permintaan ekspor, terus industri di dalam negeri juga banyak minta," kata Budi saat ditemui di kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Menurutnya, tingginya permintaan ekspor berpengaruh terhadap ketersediaan kelapa di dalam negeri.
"Jadi industri di dalam negeri, karena banyak yang ekspor, juga kadang-kadang kesulitan dapat barang," ungkapnya.
Kenaikan harga kelapa bulat beberapa waktu belakangan ini memang cukup drastis. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Senen, Selasa (18/3/2025), pedagang menyebutkan harga kelapa bulat yang sebelumnya berada di kisaran Rp10.000 per butir kini melonjak menjadi Rp15.000.
Menanggapi kondisi ini, pemerintah berencana melakukan evaluasi dengan melibatkan semua pihak terkait.
"Nah kita akan evaluasi bareng-bareng. Kan dari sisi industri, dari sisi eksportir, petani kan harus berkumpul bareng. Kan kita lihat juga harganya," pungkas Budi.
Ssbelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Westin, Jakarta Rabu (26/2/2025), mengungkapkan bahwa kelangkaan kelapa di Indonesia salah satunya disebabkan oleh besarnya permintaan dari China.
"Saya ambil contoh kelapa saja, kita sekarang kekurangan kelapa karena kelapa kita sekarang habis dibeli China," ujar Zulhas.
Foto: Pantauan harga kelapa di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Pantauan harga kelapa di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Ia menjelaskan bahwa kelapa Indonesia banyak diolah menjadi santan yang kini semakin populer di China sebagai alternatif susu. "Untuk pengganti susu jadi kalau bikin kopi sekarang pakai santan," imbuhnya.
Menurutnya, tingginya permintaan dari China mendorong harga kelapa di dalam negeri melonjak. Meski dari satu sisi hal ini menguntungkan petani, di sisi lain, ketersediaan bahan baku di dalam negeri semakin terbatas.
"Jadi kelapa tuh mahal sekali sekarang. Ini contoh bahwa pertanian menguntungkan sekarang pangan sudah mulai bagus, hortikultura lumayan, tanaman perkebunan itu paling menguntungkan, tapi anak-anak muda belum," ungkapnya.
Namun, meskipun permintaan dari China tinggi, ekspor kelapa Indonesia ke negara tersebut masih berfluktuasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kelapa Indonesia ke China mencatat lonjakan signifikan pada 2023, mencapai US$958,689.52 atau sekitar Rp 15,76 miliar (US$1= 16.440) sebelum akhirnya turun ke US$683,499.72 pada 2024. Fluktuasi ini menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki strategi ekspor yang benar-benar matang dan stabil.
(wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ormas "Tukang Palak" Bikin Resah, Presiden Minta Tidak Tegas
Next Article Zulhas Serahkan Jabatan Mendag ke PNS Kemendag Budi Santoso