Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) buka suara terkait rencana pemerintah untuk memangkas produksi bijih nikel melalui evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025.
Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey menyebut, bila pemangkasan produksi bijih nikel ini terjadi, memang harga nikel dunia akan melejit.
Berdasarkan analisis salah satu analis nikel dunia, Jim Lennon dari Macquarie, London, bila Indonesia memangkas produksi bijih nikel sampai 150 juta ton, maka harga nikel dunia bakal melejit ke level US$ 20.000 per ton, dari saat ini di kisaran US$ 15.000-16.000 per ton.
Meidy menyebut, pada 2024, produksi bijih nikel RI tercatat nyaris 300 juta ton, tepatnya 298,49 juta ton.
"Mungkin sudah dengar ya, analisis dari Jim Lennon, dari Macquarie itu sudah menyampaikan, Beliau adalah analisis nikel terbaik dunia, itu sudah menyampaikan jika Indonesia bisa memangkas kapasitas RKAB, produksi bijih nikel, sampai 150 juta (ton), artinya nikel akan menembus sampai di atas US$ 20 ribu, harga LME (London Metal Exchange) ya," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (22/1/2025).
"Kalau Indonesia tidak mengontrol dari bijih nikel, menjadi nikel olahan, nickel matte, Nickel Pig Iron (NPI), feronikel, MHP, nikel sulfat, dan seluruh turunannya, itu akan mempengaruhi di harga," ujarnya.
Bahkan, dia mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2023 hingga 2024 lalu, produksi nikel Indonesia menguasai hingga 65% pasar nikel dunia.
"Jadi sebenarnya nikel kita di Indonesia ini kan sudah jadi penentu dunia ya, terutama di tahun 2023 dan 2024 kita sudah memegang market size di atas 60%, ada yang 63% sampai 65%, khususnya nikel produksi Indonesia," kata Meidy.
Dia menyebut, "banjir"-nya produk nikel di pasar dunia, terutama karena meningkatnya produksi nikel olahan jenis Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan nickel matte. Peningkatan produksi nikel tersebut mencapai 30% dibandingkan 2023.
"Mungkin kalau kita lihat dulu di tahun 2023, kenaikan signifikannya output produksi dari nikel MHP, kemudian nikel matte, itu dari 2023 ke 2024 memang ada kenaikan sampai 30% dari kapasitas produksi," ujarnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 132/2024 tentang Neraca Sumber Daya dan Cadangan Minerba Nasional Tahun 2023, tercatat sepanjang 2023, realisasi produksi bijih nikel RI hampir mencapai 200 juta ton. Persisnya, yakni di level 175,6 juta ton atau tepatnya 175.617.183 ton.
Pencapaian produksi bijih nikel tersebut tidak terlepas dari potensi nikel RI yang cukup melimpah serta kebijakan Presiden Joko Widodo yang saat itu menjabat, yang terus menggenjot program hilirisasi.
Hingga 2023 misalnya, tercatat total sumber daya bijih nikel RI mencapai 18,5 miliar ton, tepatnya 18.550.358.128 ton dan nikel logam mencapai 184,6 juta ton, tepatnya 184.606.736 ton.
Sedangkan, total cadangan nikel Indonesia tercatat sebanyak 5,3 miliar ton, tepatnya 5.325.790.841 ton, untuk bijih dan 56,12 juta ton, tepatnya 56.117.187 ton, untuk logam.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Produksi Nikel Bakal Dipangkas, Pengusaha Teriak Ini
Next Article Nikel RI Nyata Diburu Pasar Dunia, Ini Bukti Terbaru