Riset Ini Ungkap Kunci Sukses Hilirisasi Mineral di Indonesia

3 months ago 31

Jakarta, CNBC Indonesia - Penelitian terbaru dari tim dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) Malang menyoroti pentingnya kemitraan strategis sebagai fondasi untuk memastikan manfaat hilirisasi mineral dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat. Sehingga pada akhirnya, hilirisasi mineral diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Dalam penelitian berjudul Laporan Akhir Membangun Kemitraan Antara Masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan untuk Optimalisasi Manfaat Hilirisasi, peneliti utama Hendi Subandi menyoroti keberhasilan model kemitraan di beberapa wilayah sebagai contoh nyata dampak positif hilirisasi.

Di Gresik, Jawa Timur, PT Freeport Indonesia (PT FI) berhasil melibatkan masyarakat lokal melalui forum komunikasi "Rembuk Akur," yang memfasilitasi perekrutan tenaga kerja. Forum ini menciptakan peluang kerja bagi masyarakat dari sembilan desa Ring 1, serta mendukung pemberdayaan UMKM lokal yang terlibat dalam penyediaan barang dan jasa pendukung industri.

Tidak hanya itu, UMKM lokal juga turut diberdayakan untuk menyediakan kebutuhan logistik perusahaan, seperti seragam batik khas Gresik untuk karyawan PT FI.

Di wilayah Mempawah, Kalimantan Barat, PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) membuka peluang usaha baru bagi masyarakat lokal melalui kemitraan strategis. Inisiatif ini melibatkan pengembangan UMKM di sektor pendukung seperti warung makan, penyewaan kos-kosan, dan toko kebutuhan sehari-hari yang dapat memberikan dampak ekonomi signifikan bagi komunitas lokal.

"Hilirisasi memberikan dampak positif yang luas. Dengan kemitraan yang melibatkan berbagai aktor, manfaatnya dapat dirasakan secara inklusif oleh masyarakat lokal," ungkap Hendi, dikutip Senin (6/1/2025).

Lebih jauh, penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan kemitraan dapat mengalami perubahan sesuai dengan tahapan perkembangan industri. Pada fase awal, fokus utama kemitraan adalah pembangunan infrastruktur sosial seperti sekolah dan fasilitas kesehatan untuk mendukung masyarakat.

Seiring berkembangnya industri, fokus kerja sama bergeser ke arah pelibatan UMKM lokal dalam rantai pasok serta pengembangan keterampilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan industri hilirisasi.

Pada tahap industri yang telah mapan, kolaborasi lebih diarahkan pada pemberian bantuan permodalan kepada UMKM, pengembangan desa binaan, serta integrasi UMKM dalam rantai pasok utama perusahaan. Hal ini memastikan bahwa masyarakat lokal tetap mendapatkan manfaat langsung dari keberadaan industri hilirisasi.

Di sisi lain, Hendi mengungkap tantangan dalam pelaksanaan model kemitraan. Salah satu kendalanya adalah minimnya aturan turunan terkait regulasi kemitraan di tingkat daerah. Selain itu, keterlibatan akademisi dan NGO untuk mendampingi masyarakat lokal masih minim. Media juga dinilai perlu memperkuat narasi positif tentang manfaat hilirisasi untuk mendukung edukasi masyarakat.

Hendi bersama tim merekomendasikan penguatan regulasi daerah yang mendukung pola kemitraan, kolaborasi dengan akademisi untuk menyusun kurikulum pelatihan keterampilan, serta koordinasi yang lebih baik dengan NGO. Selain itu, media juga diharapkan berperan sebagai jembatan edukasi bagi masyarakat agar memahami manfaat hilirisasi terhadap perekonomian lokal dan nasional.

"Dengan melibatkan berbagai aktor dalam model kemitraan hexahelix, hilirisasi dapat menciptakan ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan, memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat lokal," jelasnya.

Lantas, penelitian ini diharapkan menjadi panduan penting bagi pemerintah, perusahaan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperkuat pola kemitraan di sektor hilirisasi, menciptakan ekonomi yang berdaya saing dan berkelanjutan.


(dpu/dpu)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Hilirisasi 28 Komoditas, Rosan: Butuh Investasi Rp9.826 Triliun

Next Article MIND ID Kebut Proyek Strategis Demi Perkuat Program Hilirisasi

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|