Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca pengumuman kebijakan moneter the Fed, rupiah langsung ambrol di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Pada akhir pekan ini, Jumat (20/12/2024) rupiah tampaknya masih akan bergerakan volatil akibat keperkasaan the greenback.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin Kamis (19/12/2024) rupiah anjlok hingga 1.24% ke level Rp16.285/US$. Pelemahan lebih dari 1% ini adalah yang terdalam sejak 7 Oktober 2024 yakni sebelumnya sebesar 1,26%.
Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.130/US$ dan terjauh di posisi Rp16,300/US$. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 30 Juli 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.295/US$.
Pelemahan dan rupiah tidak terlepas dari sentimen global yang didominasi kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan lonjakan indeks dolar AS (DXY). Pada perdagangan sebelumnya, DXY melesat 1% ke posisi 108,03, tertinggi sejak November 2022, akibat ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga AS yang lebih konservatif.
The Fed dalam pernyataan terbarunya menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) pada 2025 kemungkinan hanya akan terjadi dua kali, lebih rendah dari proyeksi September yang mencapai 100 basis poin (bps).
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter. Ekspektasi ini memicu penguatan dolar AS dan memberi tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Sementara pada hari ini, akan ada kabar dari bank sentral China (PBoC) yang akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada periode Desember 2024. Sebelumnya pada periode November, China mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya tidak berubah, sebuah langkah yang sangat dinanti-nantikan menyusul pemotongan tajam biaya pinjaman bulan lalu. Pemberi pinjaman utama China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman 1 tahun dan 5 tahun tetap pada 3,1% dan 3,6%.
Pada bulan Oktober, bank-bank China telah memangkas suku bunga sebagai bagian dari paket stimulus Beijing untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan, sebuah langkah yang menekan margin keuntungan pemberi pinjaman yang sudah tertekan, membatasi ruang untuk pelonggaran lebih lanjut.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, rupiah masih dalam pelemahan yang cukup kokoh terhadap dolar AS. Paling dekat resistance atau potensi pelemahan bisa menguji ke Rp16.315/US$ yang didapatkan dari high candle intraday 30 Juli 2024.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika volatilitas masih tinggi posisi level psikologis Rp16.400/US$ bisa menjadi resistance yang rawan ditembus.
Sementara, untuk support atau potensi penguatan terdekat bisa dicermati di Rp16.120/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Terus Melemah, Pasar Waspadai Ini
Next Article Kabar Baik Datang Dari AS, Rupiah Siap Menguat Lagi!