Satu Negara Rusuh Usai Putusan MK soal Pilpres, Total 150 Orang Tewas

20 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekerasan melanda Mozambik setelah Mahkamah Konstitusi negara tersebut mengukuhkan kandidat presiden dari partai berkuasa Frelimo, Daniel Chapo, sebagai pemenang pemilu 9 Oktober yang diperdebatkan, telah menewaskan sedikitnya 21 orang, termasuk dua anggota kepolisian. Total kematian pascapemilu pun telah mencapai 150 orang.

Menteri Dalam Negeri Mozambik, Pascoal Ronda, mengatakan bahwa gelombang kekerasan dan penjarahan dipicu oleh pengumuman Mahkamah Konstitusi pasa Senin (23/12/2024). Ia menyebutkan bahwa kerusuhan ini sebagian besar dilakukan oleh pendukung kandidat yang kalah, Venancio Mondlane, yang memperoleh 24% suara, kalah dari Chapo yang mendapatkan 65%.

"Berdasarkan survei awal, dalam 24 jam terakhir, tercatat 236 tindakan kekerasan di seluruh wilayah nasional yang mengakibatkan 21 kematian, termasuk dua anggota Polisi Republik Mozambik," kata Ronda, dikutip dari Associated Press, Kamis (26/12/2024). Ia juga melaporkan bahwa 13 warga sipil dan 12 polisi mengalami luka-luka.

Ronda menambahkan bahwa 25 kendaraan, termasuk dua kendaraan polisi, dibakar. Sebanyak 11 subunit polisi dan satu lembaga pemasyarakatan diserang serta dirusak, dan 86 narapidana berhasil melarikan diri.

Beberapa saksi mata melaporkan bahwa pasukan keamanan menggunakan kekerasan berlebihan untuk membubarkan demonstran, termasuk menembakkan peluru tajam.

"Kami hanya ingin keadilan, tetapi kami diperlakukan seperti musuh negara," kata seorang demonstran di Maputo yang tidak mau disebutkan namanya.

Rekaman yang beredar di berbagai platform media sosial menunjukkan para pengunjuk rasa membakar dan menjarah toko-toko di ibu kota Maputo dan kota Beira, di mana beberapa pejabat kota dilaporkan melarikan diri.

Mondlane, yang kalah dalam pemilu, menyerukan "pemadaman aktivitas" mulai Jumat, tetapi kekerasan di negara itu sudah meningkat. Situasi tetap tegang di ibu kota pada Selasa malam setelah sehari penuh aksi kekerasan dan penjarahan oleh para demonstran.

Pemilu Kontroversial

Mozambik, dengan populasi 34 juta jiwa, telah berada dalam kondisi tegang sejak pemilu umum pada 9 Oktober. Pendukung Mondlane, yang sebagian besar terdiri dari ratusan ribu anak muda, telah turun ke jalan dan sering kali menghadapi tembakan dari pasukan keamanan.

Kekerasan pasca pemilu ini telah menyebabkan lebih dari 150 orang tewas sejak hasil awal diumumkan oleh badan pemilihan negara tersebut.

Ronda menyampaikan bahwa kekerasan ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menyebabkan kerusakan properti yang signifikan.

"Ini adalah tindakan kriminal yang tidak akan dibiarkan begitu saja," tegasnya. Pemerintah berjanji akan menangani situasi ini dengan tegas, tetapi situasi di lapangan masih sulit dikendalikan.

Sementara itu, kelompok oposisi menyerukan penyelidikan independen terhadap hasil pemilu yang dianggap curang oleh banyak pihak. Dalam pidatonya, Mondlane mengatakan bahwa rakyat Mozambik telah "dirampas haknya untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan."


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rezim Assad Runtuh, PBB Dorong Pemilu Bebas & Adil di Suriah

Next Article Trump Janji ke Pendukung Tak Ada Pemilihan Suara Lagi Jika Dia Menang

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|