Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut. Pada perdagangan hari ini, Jumat (20/12/2024), rupiah dibuka melemah tipis 0,03% di angka Rp16.290/US$, sebelum kembali terdepresiasi ke level Rp16.300/US$. Kondisi ini, yang didorong oleh kebijakan hawkish Federal Reserve (The Fed), memberikan dampak beragam bagi perekonomian Indonesia.
Memang, pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah mampu memangkas pelemahan. Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini (20/12/2024) rupiah sumringah dengan menguat hingga 0,58% ke level Rp16,190/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.185/US$ dan terjauh di posisi Rp16,305/US$.
Namun selama sepekan ini rupiah masih alami penurunan cukup dalam hingga 1,25%. Seiring dengan penguatan rupiah hari ini (20/12/2024), Indeks Dolar AS (DXY) justru melemah sebesar 0,16% tepat pukul 15.00 di posisi 108,231. Pelemahan DXY pastinya membawa angin segar bagi nilai tukar rupiah.
Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sekaligus anggota Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Ajib Hamdani mengungkapkan, pelemahan kurs memiliki efek positif sekaligus negatif. Namun, ia tetap menekankan dampak negatif dari pelemahan rupiah tidak bisa diabaikan.
"Pelemahan nilai kurs di satu sisi memberikan dampak positif terhadap sektor-sektor dan komoditas ekspor. Tetapi, hal ini juga akan mempengaruhi inflasi dalam negeri, karena banyak komoditas impor yang menjadi faktor produksi barang di Indonesia," kata Ajib kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/12/2024).
Dia mengatakan, perlunya langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif pelemahan rupiah. Ia menyarankan pemerintah untuk mendorong transformasi ekonomi jangka panjang yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor. Fokus utama harus diarahkan pada sektor-sektor esensial seperti pangan, energi, dan kebutuhan dasar lainnya.
"Langkah lainnya, pemerintah juga perlu banyak membangun kolaborasi bilateral dan mengurangi ketergantungan pemakaian dolar," lanjutnya.
Ajib menilai, nilai tukar rupiah idealnya tidak melampaui Rp16.000/US$, sesuai dengan proyeksi dalam Kerangka Ekonomi Makro.
"Idealnya nilai tukar maksimal di angka Rp16.000/US$. Sesuai dengan proyeksi kerangka ekonomi makro yang ada," pungkasnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video : Ini Biang Kerok Anjloknya Rupiah
Next Article DPR Soroti Asumsi Kurs Rp16.100/US$ di APBN Pertama Prabowo