Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli memperkirakan potensi konflik global pada tahun 2025. Ini didorong oleh ambisi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk perluasan wilayah dan ketegangan geopolitik.
Meski Donald Trump kembali menjadi Presiden AS dan mengusulkan kesepakatan damai untuk perang Rusia dan Ukraina, para analis menilai ini bisa membuat Putin semakin berani.
Hal tersebut akhirnya menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut. Termasuk potensi perang yang melibatkan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), seperti Perang Dunia 3 (PD 3).
Profesor Anthony Glees dari Universitas Buckingham mengatakan bahwa ambisi jangka panjang Putin adalah untuk merebut kembali wilayah yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet. Glees mengatakan bahwa Putin tidak akan puas dengan kesepakatan damai yang dipaksakan oleh Barat dan kemungkinan akan mengincar perluasan lebih lanjut, menargetkan negara-negara NATO pasca-1997.
"Pada tahun 2025, Putin akan memajukan rencana strategisnya untuk melemahkan dan memaksa negara-negara NATO pasca-1997, termasuk Polandia, Finlandia, dan negara-negara Baltik, untuk meninggalkan aliansi tersebut," kata Glees dikutip dari Economic Times yang melansir Mirror, Senin (30/12/2024).
"Perampasan besar ini dapat memicu perang global," tambahnya.
Diketahui Trump memang telah berjanji mengakhiri perang, sehari setelah ia dilantik 20 Januari nanti. Laporan menunjukkan proposal perdamaian sudah dibuat, mencakup pembekuan garis depan saat ini, pembentukan zona penyangga, dan penundaan keanggotaan Ukraina dalam NATO selama 20 tahun.
"Kesepakatan damai yang diusulkan Trump adalah gejala ketidakstabilan global," kata Profesor John Strawson dari University of East London memperkirakan hal itu akan membawa dunia lebih dekat ke perang.
"Penurunan kerja sama internasional dan munculnya persaingan kekuatan besar merupakan tantangan terbesar bagi tatanan global sejak Perang Dunia II," tambahnya.
Para ahli sepakat bahwa 2025 akan menjadi tahun yang sangat penting. Negara-negara Barat dikatakan harus bersiap untuk perang guna menghalangi ambisi Putin.
"Jika kita tidak bertindak tegas, Putin akan terus melemahkan Ukraina dan akhirnya memperluas jangkauannya ke seluruh Eropa," kata Glees.
"Waktu terus berjalan... Tahun 2025 mungkin menandai dimulainya era baru konflik global," tambah Strawson.
Rusia Peringatkan AS, Sebut NATO
Sementara itu mengutip RT, Rusia kembali memberi peringatan ke AS dan menyinggung NATO. Ini ditegaskan
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menanggapi usulan terbaru dalam kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina yang akan diinisiasi Trump.
Ia mengatakan Rusia tidak akan menyetujui penundaan keanggotaan Kyiv di NATO atau penempatan pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina. Dalam wawancara dengan kantor berita TASS yang diterbitkan pada hari Senin, Lavrov mengatakan Rusia belum menerima sinyal apa pun dari tim Trump mengenai pembicaraan untuk menyelesaikan konflik Ukraina.
"Kami selalu dan tetap siap untuk negosiasi. Namun penting untuk memahami dengan siapa dan tentang apa untuk melakukan negosiasi," tegasnya.
Lavrov mengatakan perdamaian antara Moskow dan Kyiv hanya dapat dicapai melalui "perjanjian yang dapat diandalkan dan mengikat secara hukum". Perjanjian itu, lanjutnya, harus bisa mengatasi akar penyebab konflik dan mencakup mekanisme untuk mencegah pelanggaran di masa mendatang.
Sebelumnya, pada sebuah acara konferensi pers akhir tahun awal bulan ini, Putin menegaskan Ukraina harus memiliki status netral atau non-blok. Putin juga menekankan bahwa setiap pembicaraan harus mempertimbangkan realitas di lapangan yang telah muncul sejak tahun 2022, termasuk status Donetsk dan Lugansk, serta wilayah Kherson dan Zaporozhye, yang merupakan wilayah Ukraina namun kini diklaim menjadi bagian dari Rusia setelah referendum yang diadakan di tahun itu.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ini Peta Garis Depan PD 3 Jika Pecah Perang Rusia Vs NATO
Next Article Awas PD 3! NATO Siaga 5.000 Brigade Lapis Baja di 'Mulut' Rusia