Sinyal Ngeri Muncul! Ekonomi RI 2024 Berpotensi Mengecewakan

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda kondisi perekonomian Indonesia akan mengalami perlambatan pertumbuhan mulai bermunculan pada penghujung 2024, menjelang rilis resmi PDB BPS pada Februari nanti. Salah satunya ialah dari laju konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2024 yang tidak setinggi tahun sebelumnya, bahkan di momentum musiman Natal dan Tahun Baru atau Nataru.

Chief Economist PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) I Kadek Dian Sutrisna Artha mengatakan, pada momentum Nataru 2024 pada kuartal IV-2024 konsumsi masyarakat yang terekam dalam Mandiri Spending Index (MSI) hanya sebesar 2,7%, lebih rendah dari periode kuartal III-2024 yang sebesar 3%.

"Itu pertumbuhannya lebih kecil dibanding kondisi Nataru 2023," kata Kadek dalam acara Economic & Taxation Outlook 2025 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) secara daring, Selasa (23/1/2025).

Penurunan indeks MSI pada periode Nataru 2024 terutama disebabkan anjloknya tren pembelian masyarakat untuk barang-barang konsumsi atau consumer goods dari sebelumnya di level 43,5% menjadi hanya 20,2%. Lalu, pengeluaran untuk medical juga merosot dari 25,6% menjadi 16,9%.

Tak terkecuali untuk pengeluaran mobilitas yang angka indeksnya tak mengalami perubahan, yakni tetap di level 13,4% secara tahunan (yoy). Sedangkan konsumsi untuk kebutuhan rumah tangga atau household sedikit merosot dari 5,6% ke 5,2% pada periode Nataru 2024.

Kadek memperkirakan, data itu muncul akibat kecenderungan masyarakat yang lebih memilih menabung pada akhir tahun ketimbang berbelanja. Penyebabnya ialah daya belinya yang terkikis sepanjang tahun lalu.

"Mungkin kelompok kelas menengah kita cenderung sekarang lebih memilih untuk menabung dibanding spending. Nah, ini juga ditunjukkan oleh tren dari indeks tabungan kelas menengah di Indonesia yang cenderung makin meningkat," tutur Kadek.

Masih mengutip data Mandiri Spending Index yang dikeluarkan oleh Mandiri Institute, Kadek mengatakan bahwa laju indeks tabungan masyarakat meroket secara pesat dari periode Oktober ke Desember 2024 menjadi ke level 101,4 dari sebelumnya di kisaran bawah level 101.

"Ini memberikan indikasi bahwa adanya penurunan daya beli yang kedua biasanya kalau menabung itu ada antisipasi atau precautionary motive dari kelompok ini atas ketidakpastian perekonomian ke depan," ujarnya.

Kadek memperingatkan, kondisi ini harus segera disikapi pemerintah karena konsumsi rumah tangga merupakan motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, jumlah kelas menengah yang menjadi penggerak utama konsumsi itu jumlahnya terus merosot.

"Kita harus hati-hati terkait dengan ini karena ekonomi Indonesia 50% lebih didorong konsumsi dan menurunnya konsumsi kelas rumah tangga ini akan beri implikasi signifikan ke pertumbuhan ekonomi ke depan," ucapnya.

Potensi melemahnya pertumbuhan ekonomi pada 2024 sebelumnya juga telah dideteksi oleh Bank Indonesia. Hal ini yang juga menjadi salah satu penyebab bank sentral Indonesia itu memangkas suku bunga acuan BI Rate saat kurs rupiah terus mengalami tekanan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada tahun ini. Pelemahan ini telah muncul sejak kuartal IV-2024 yang diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan.

"(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari 5% tapi di atas 5 ,1%. Tahun 2025, yang titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah jadi 4,7%-5,5%. Jadi ini timing untuk penurunan suku bunga untuk menciptakan growth story yang lebih baik," ungkapnya.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Sri Mulyani: Tingkat Kemiskinan & Kemiskinan Ekstrem 2024 Turun

Next Article Dampak Ngeri PPN 12%: Ekonomi Anjlok, Kantong Seret, Daya Beli Keok

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|