Muliadi Saleh
Dunia sastra | 2025-10-25 18:21:50
Karya : Muliadi Saleh
Di tepi Mahakam yang berkilau lembut,
senja menitikkan cahaya di permukaan air
seolah mentari terakhir kali berpaling,
mengucap salam sebelum berlayar ke ufuk jauh.
Riak kecil berkejaran membawa pesan angin,
menyapu dedaunan yang melambai pelan,
sementara burung-burung berputar pulang,
menulis puisi di langit jingga yang perlahan temaram.
Pantulan mentari di air — ibarat doa yang jatuh pelan,
menyapa, menjemput malam dengan kasih yang tenang.
Temaram itu bukan perpisahan sejati,
melainkan janji halus bahwa esok,
cahaya akan lahir kembali di dada sungai ini.
Angin sepoi menjadi lantunan tasbih alam,
dan ucapan syukur para pengunjung
menyatu dalam harmoni —
antara langit, air, dan hati yang tenteram.
Oh, Mahakam menjelang magrib,
engkau bukan sekadar sungai,
melainkan cermin waktu yang mengalir diam-diam,
membawa rahasia kehidupan
antara terbenam dan terbitnya harapan.
25 Oktober 2025
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

3 hours ago
1
















































